Page 29 - MAJALAHBELMAWA
P. 29

SOSOK
Penjaminan mutu perguruan tinggi secara internal dan eksternal menjadi faktor penentu mutu lulusan. Bila akreditasi institusi ataupun program studi yang belum ideal, maka akan berpengaruh terhadap kualitas lulusan yang harus mengikuti uji kompetensi.
Hal ini disampaikan Direktur Penjaminan Mutu Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Aris Junaidi, saat ditemui tim Majalah Bahana di ruang kerjanya, Rabu (7/6).
Akreditasi perguruan tinggi dan program studi PT di Indonesia masih jauh dari ideal. Angka ini masih jauh dari ideal. Oleh sebab itu, di bawah kepemimpinan Aris, Belmawa terus menjalankan program-program prioritas untuk membenahi mutu pendidikan tinggi.
“Budaya mutu harus jadi komitmen setiap perguruan tinggi. Hal ini dimulai dengan melaksanakan sistem penjaminan mutu internal (SPMI) di program studi dan institusi masing-masing PT,” kata Aris.
Program Prioritas
Dalam mengejar sistem penjaminan mutu eksternal PT oleh Badan Akreditasi Nasional PT, ujar Aris, banyak PT yang tidak memperhatikan proses SPMI. Padahal, jika SPMI di institusi sudah berjalan, penilaian mutu eksternal pun akan lebih baik.
Teknologi juga dimanfaatkan Aris dan lembaganya untuk memperkuat
penjaminan mutu internal di tiap PT. Hal ini ditempuh dengan membentuk Klinik SPMI mobile yang mempunyai 235 fasilitator untuk membantu PT yang ingin menyiapkan SPMI di institusinya.
Perguruan tinggi yang sudah unggul akreditasinya diharapkan dapat memberikan bimbingan, sehingga pada PT yang masih berakreditasi C itu bisa terdorong dan terinspirasi yang akhirnya mampu melakukan praktek yang baik di perguruan tingginya masing-masing untuk meningkatkan akreditasinya.
“Kami menamainya dengan Program Asuh. kami mengejar agar tidak terjadi disparitas mutu,” tukas Aris.
Uji Kompetensi
Hasil akreditasi berkaitan erat dengan jumlah kelulusan peserta uji kompetensi. Aris mencontohkan data hasil kelulusan uji kompetensi bidang kesehatan. Uji kompetensi saat ini dilaksanakan buat dokter, dokter gigi, bidan, perawat, dan ners. Ada juga untuk guru. Semakin baik akreditasi PT, semakin tinggi pula kelulusan pesertanya.
Aris mencontohkan data hasil kelulusan uji kompetensi bidang kesehatan. Di PT terakredirasi A, kelulusan uji kompetensinya di atas 80 persen, sedangkan yang terakreditasi B mencapai 70 persen. Adapun yang terakreditasi C kelulusannya di bawah 30 persen.
Kendala lain yang dihadapi Aris adalah, meskipun penjaminan mutu jadi komitmen, anggaran yang disediakan bagi Direktorat Penjaminan Mutu baru sekitar 0,2 persen dari total anggaran Kemristekdikti yang totalnya Rp 39 triliun. Meskipun demikian, di masa kepemimpinannya sejak 2014, terjadi peningkatan jumlah perguruan tinggi terakreditasi A.***(NRS/ASY/KFN)
BAHANA BELMAWA
29


































































































   27   28   29   30   31