Page 45 - MAJALAHBELMAWA
P. 45

PUISI
PUISI
EVALIA NURHAYATI
yang alpa bunyi semata hati mati (2015)
Di Telaga Sarangan Kita Berpisah
Nah, buih air menepi
dan ikan-ikan merayu kita melemparkan remah roti
kau tertawa di atas perahu motor;
aku mendongengi ikan-ikan
“Aku mau pergi ke tempat naga bersarang,” kau berkata
“Kau bisa dibakar apinya,” aku berkata
“Aku akan membuatnya jinak,” kau berkata
“Tak ada naga di sini. Itu hanya cerita,” aku berkata Kudengar ikan-ikan tertawa; kau pergi juga
“Ia lebih suka hidup dalam cerita.”
(2015)
Membuang Amarah ke Lubang Kloset
Masih ada sisa suaramu di balik pintu penuh amarah dan kelesah aku memungutinya seperti remah roti sisa membungkusnya dengan kertas biru kumasukkan ke dalam pada kotak kayu gerendelnya kuat dan kubuang kuncinya ke lubang kloset. Pulanglah sambil bernyanyi! (2015)
Senja Sendiri
Kutemukan diriku duduk termangu
Di bangku taman dalam muram lampu Jauh, sendiri, tak terbaca oleh berita Tak tersapa oleh kata-kata
dari dunia nyata, dari dunia maya
Kutemukan diriku duduk termangu tanpa bebunyi ponsel, gebalau medsos hanya kelesah daun asoka
hanya resah angin senja
(2015)
Nostalgia di Atas Batu
Aku datang lagi ke batu itu namaku dan namamu kabur tergerus panas dan hujan “Tiada yang abadi,” katamu Bersungut aku tetap menuliskan nama kita “Karena itu nikmatilah waktu, meski cuma disaksikan batu-batu,” kataku
“Tiada yang abadi” Batu itu masih setia menyangga nama kita Kau yang sudah tiada. (2015)
Apakah Cinta
Apakah cinta
ketika senja tak lagi jingga ketika angin tak lagi mesra ketika cerita hanya uap kata ketika rumah tanpa cahaya
Apakah cinta
yang kucari di antara kelimun awan di sela-sela rintik hujan
Apakah cinta
di baris-baris puisi
BAHANA BELMAWA
45


































































































   43   44   45   46   47