Page 49 - MAJALAHBELMAWA
P. 49
OPINI
Signi kansi Budaya Mutu di Perguruan Tinggi
“Jangan mengejar perihal cepat dalam bekerja; kejarlah perihal baik dalam bekerja. Sebab, orang- orang tak bertanya tentang pekerjaan yang telah selesai; mereka hanya bertanya soal kualitas pekerjaan” (Ali bin Thalib)
Membangun Perguruan Tinggi (PT) yang bermutu, tentu menjadi dambaan semua pengelola PT, baik negeri maupun swasta. Tanpa orientasi pada mutu, pengelolaan PT hanya akan menghasilkan sesuatu yang jauh dari harapan. Istilah parab menyebutkan “La yamutu wa la yahya: tidak bermutu dan hanya menghabiskan biaya”. Hal itu berlaku terhadap PT yang sama sekali tidak menjadikan mutu sebagai acuan dalam pengelolaan dan pengembangannya. Akibatnya, PT yang dikelola hanya akan bergerak di satu tempat dan tidak mampu menaikkan marwahnya sebagai PT yang ternama, karena PT tersebut telah dikelola dengan mena kan nilai- nilai mutu sebagaimana telah ditetapkan oleh pemerintah.
PT yang tidak bermutu ibarat perguruan tinggi yang salah kelola, karena tahapan perkembangan dan kemajuan yang diperoleh tidak pernah terbaca dengan baik. SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal), pada hakikatnya merupakan ruh pendidikan tinggi yang sangat vital. SPMI dalam sebuah PT dapat menjadi sarana untuk mengelola PT yang mandiri, karena segala proses mutu yang dijalankan di dalamnya, harus dirancang, dijalankan dan dikendalikan secara mandiri oleh PT.
Kemandirian dalam mengelola mutu PT, menunjukkan bahwa pengelolaan perguruan tinggi yang ideal adalah ia yang dilaksanakan secara otonom, tanpa ada campur tangan pemerintah. Artinya, PT yang bermutu adalah ia yang benar- benar terkelola dengan memanfaatkan segenap potensi internal perguruan tinggi, tanpa harus berharap sepanjang masa terhadap uluran tangan pemerintah. Dalam keterkaitan itu, PT bermutu, bisa dipastikan telah menjadi PT yang berdaya dalam semua hal, karena pengelolaannya sudah dilakukan dengan menggunakan standar pengelolaan yang sudah baku.
Setiap hal dalam ruang lingkup PT, harus terstandar dengan baik, mulai dari standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, serta penilaian pendidikan. Apabila, standar-standar itu telah terbangun dengan jelas, lalu diterjemahkan dalam aksi nyata kehidupan PT, maka mengidealkan masa depan PT yang berkualitas, sudah pasti akan menjadi kenyataan.
Fakta sederhana tentang PT yang selama ini masih belum berdaya, karena banyak PTyang sengaja melupakan tentang signi kansi membumikan budaya mutu, sehingga berdampak terhadap nasib pengelolaan perguruan tinggi yang dikelola. Akibatnya, kepuasan stakeholder menjadi terbengkalai. Padahal, substansi penjaminan mutu yang terbangun dalam sebuah PT, pada akhirnya untuk memberikan kepuasan maksimal terhadap stakeholder yang ada, karena kepuasaan stakeholder merupakan puncak dari segala layanan yang diberikan oleh sebuah perguruan tinggi. Kepuasaan stakeholder atas layanan PT, secara faktual akibat budaya mutu yang terbumikan dengan baik.
Membumikan budaya mutu dengan segala nilai yang terkandung di dalamnya, akan dapat membangkitkan spirit pengelolaan PT dalam semua aspek, sehingga komitmen menjadi PT yang selalu berkembang dengan kualitas akan menjadi kenyataan. Pengalaman STKIP PGRI Sumenep yang baru belajar menerapkan penjaminan mutu, dalam konteks tertentu telah merasakan dampak dari penerapan sistem penjaminan mutu yang masih tergolong baru memasuki usia dewasa, bukan hanya sebatas menghadapi kewajiban harus “Terakreditasi”, tetapi yang paling mendasar adalah terbangunnya pengelolaan institusi yang modern dan profesional, terutama mengacu pada semangat pengelolaan yang berkelanjutan. Sebab, dengan budaya mutu, setiap tahap kinerja akan selalu mendapatkan evaluasi dan pengendalian, sehingga akan melahirkan inovasi-inovasi baru dalam menata arah PT.
Mohamad Suhaidi*
*Kepala Unit Penjaminan Mutu STKIP PGRI Sumenep Email: suhaidi_muhammad@yahoo.co.id
BAHANA BELMAWA
49