Page 90 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 MARET 2021
P. 90

Ringkasan

              Pengamat Ekonomi Ardo R. Dwitanto angkat bicara terkait penyidikan yang dilakukan Kejaksaan
              Agung  (Kejagung)  RI  terhadap  BPJS  Ketenagakerjaan  (BPJAMSOSTEK).  Ardo  menegaskan,
              penurunan nilai investasi saham BPJAMSOSTEK berbeda secara mendasar pada investasi saham
              pada Jiwasraya dan Asabri. Paling tidak ada empat hal yang menjadi pertimbangan.



              KASUS BPJAMSOSTEK BERBEDA DENGAN JIWASRAYA DAN ASABRI, INI KATA
              PENGAMAT EKONOMI

              Pengamat Ekonomi Ardo R. Dwitanto angkat bicara terkait penyidikan yang dilakukan Kejaksaan
              Agung  (Kejagung)  RI  terhadap  BPJS  Ketenagakerjaan  (BPJAMSOSTEK).  Ardo  menegaskan,
              penurunan nilai investasi saham BPJAMSOSTEK berbeda secara mendasar pada investasi saham
              pada Jiwasraya dan Asabri. Paling tidak ada empat hal yang menjadi pertimbangan.

              "Pertama, emiten-eminten yang sahamnya dibeli BPJAMSOSTEK merupakan emiten-emiten yang
              juga  dibeli  para  investor  saham  pada  umumnya.  Kedua,  penurunan  nilai  investasi  saham
              BPJAMSOSTEK disebabkan resiko pasar.

              Ketiga, risiko pasar yang dialami BPJAMSOSTEK setelah dilakukan diversifikasi saham mengikuti
              indeks pasar saham. Keempat, penurunan nilai investasi saham BPJAMSOSTEK tidak berdampak
              pada kemampuan dalam pembayaran klaim," beber Ardo dalam keterangan tertulis.
              Bahkan, lanjut dia, emiten-emiten pilihan dari BPJAMSOSTEK merupakan penghuni tetap Indeks
              LQ45  dan  sebagian  besar  merupakan  penghuni  indeks  saham  investasi  global.  Yaitu,  MSCI
              Indonesia Index, diantaranya BBCA, BBRI, TLKM, BMRI, ASII, UNVR, BBNI, dan UNTR. MSCI
              Indonesia  Index  merupakan  indeks  acuan  bagi  investor  global  ketika  berinvestasi  saham  di
              Indonesia.

              "BPJAMSOSTEK memiliki profil risiko investasi saham cenderung konservatif, yakni mengikuti
              indeks pasar saham.

              Emiten-emiten  saham  yang  berada  dalam  portofolio  investasi  BPJAMSOSTEK  merupakan
              penghuni tetap indeks pasar," tegas Ardo.

              "Dengan kata lain, semua emiten tersebut, pada umumnya, merupakan emiten-emiten pilihan
              utama para investor karena memiliki kinerja yang bagus, mapan, dan memiliki kapitalisasi pasar
              saham  yang  besar  atau  big  caps,"  imbuhnya  lagi.  Penurunan  nilai  investasi  saham
              BPJAMSOSTEK, sambung Ardo, disebabkan risiko pasar.

              Semua investasi memiliki dua sisi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu potensi untung dan potensi
              rugi (resiko). Mengejar potensi untung (return) yang tinggi berarti harus menerima pula potensi
              rugi (resiko) yang tinggi.

              Sebaliknya, potensi untung yang rendah diikuti pula oleh potensi rugi yang rendah. Ini yang
              dinamakan dengan risk-return trade-off.

              Meskipun  terjadi  unrealized  loss  pada  investasi  saham,  secara  keseluruhan  nilai  dana  kelola
              investasi  BPJAMSOSTEK  meningkat  terus  sejak  tahun  2015.  Per  Desember  2015,  nilai  dana
              investasi BPJAMSOSTEK sebesar Rp 206,05 triliun dan meningkat terus hingga akhir tahun 2020
              nilai dana investasinya sebesar Rp 486,38 triliun atau meningkat sebesar 137%.

              "Ini merupakan bukti bahwa manajemen risiko investasi yang diterapkan oleh BPJAMSOSTEK
              telah membuahkan hasil portofolio investasi yang tahan uji terhadap stock market crash akibat
              lonjakan ketidakpastian yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19," tambah Ardo.
                                                           89
   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95