Page 189 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 OKTOBER 2021
P. 189
bawah. Sementara 13,01 persen memiliki pendidikan Diploma dan Universitas, dan 32,33 persen
berpendidikan SMA atau SMK.
HADAPI BONUS DEMOGRAFI, KEMNAKER DORONG PENINGKATAN KUALITAS SDM
Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi, menghadiri webinar Diskusi
Publik bertajuk 'Membangun Vokasi UI yang Berdaya Saing dan Menyejahterakan', pada Jumat
(15/10). Dalam webinar tersebut, dirinya menyoroti soal tantangan ketenagakerjaan yang tak
terlepas dari kondisi demografi.
Berdasarkan persentase angkatan menurut tingkat pendidikan tahun 2021, sekitar 54,66 persen
angkatan kerja di Indonesia masih berpendidikan SMP ke bawah. Sementara 13,01 persen
memiliki pendidikan Diploma dan Universitas, dan 32,33 persen berpendidikan SMA atau SMK.
"Angkatan kerja berpendidikan SMP ke bawah di pedesaan persentasenya lebih besar
dibandingkan dengan perkotaan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (16/10/2021).
Menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin, Anwar menjelaskan persentase angkatan kerja
perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Untuk angkatan kerja kelompok umur, kelompok
non muda cenderung memiliki tingkat pendidikan yang relatif lebih rendah dibandingkan
kelompok umur muda.
Terkait profesi, Anwar mengungkapkan penduduk bekerja berpendidikan rendah cenderung ada
pada sektor primer seperti pertanian dan pertambangan. Sedangkan untuk pendidikan
menengah berada di sektor sekunder di bidang konstruksi, gas air pengelolaan limbah. Adapun
pendidikan tinggi mayoritas bekerja di sektor tersier seperti perdagangan dan jasa.
"Penduduk berpendidikan rendah bekerja pada sektor informal sedangkan sektor yang
berpendidikan tinggi cenderung bekerja di sektor formal," jelasnya.
Soal kelompok berpendidikan rendah, kata Anwar, mereka umumnya mengisi ruang pekerjaan
yang tidak terlalu membutuhkan tingkat keahlian cukup tinggi. Jika dilihat dari sisi
pengangguran, mereka cenderung tidak menganggur karena masih banyak pekerjaan yang
dapat diisi oleh kelompok ini.
"Karena mereka ini banyak bekerja di sektor-sektor yang tidak terlalu membutuhkan sebuah
keahlian atau keterampilan yang spesifik," katanya. Anwar menyampaikan kondisi ini merupakan
satu tantangan ketenagakerjaan. Menurutnya diperlukan usaha keras untuk dapat mendorong
SDM, terutama dari sisi keterampilan.
"Kita harus mampu untuk mendorong dengan sangat kuat agar kondisi ketenagakerjaan bisa
ditransformasikan," katanya.
Guna mengatasi tantangan ketenagakerjaan, Anwar menyebut seluruh pihak juga perlu
merespons segala peluang yang ada, termasuk peran dari pendidikan vokasi. Pasalnya, pada
periode 2020-2030, Indonesia akan memasuki puncak bonus demografi, yang sebagian besar
penduduknya akan diisi oleh penduduk usia muda.
"Kita harus lihat tantangan dan peluang ini sebagai sesuatu untuk dikelola dengan baik agar bisa
menjadi sumber daya ekonomi yang menguntungkan," lanjutnya.
"Dalam arahannya Menaker Ida Fauziyah juga mengingatkan, angkatan kerja nantinya akan
banyak diisi oleh anak-anak muda yang kalau tidak dikelola dengan baik, akan menjadi tidak
berguna," pungkasnya.
188