Page 201 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 OKTOBER 2021
P. 201
ANGKATAN KERJA PENDIDIKAN SMP KE BAWAH MASIH DI ATAS 50 PERSEN
Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) menyebut, terdapat beberapa tantangan tenaga
kerja Indonesia dalam menghadapi kondisi demografi. Sekretaris Jenderal Kementerian
Ketenagakerjaan Anwar Sanusi mengatakan Indonesia akan memasuki puncak bonus demografi
pada periode 2020-2030. Pada periode tersebut, struktur penduduk Indonesia sebagian besar
akan diisi oleh penduduk usia muda.
“Dalam arahannya, Menaker Ida Fauziyah juga mengingatkan, angkatan kerja nantinya akan
banyak diisi oleh anak-anak muda yang kalau tidak dikelola dengan baik, akan menjadi tidak
berguna,” ujarnya dalam webinar dikutip Sabtu (16/10).
Anwar Sanusi memaparkan, persentase angkatan kerja menurut tingkat pendidikan tahun 2021,
ada sekitar 54,66 persen angkatan kerja di Indonesia masih berpendidikan SMP ke bawah,
kemudian 13,01 persen yang memiliki pendidikan Diploma dan Universitas, serta 32,33 persen
berpendidikan SMA atau SMK.
“Angkatan kerja berpendidikan SMP ke bawah di pedesaan persentasenya lebih besar
dibandingkan dengan perkotaan,” sebutnya.
Anwar menjelaskan, persentase angkatan kerja menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin
lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki. Sedangkan angkatan kerja kelompok umur
nonmuda cenderung memiliki tingkat pendidikan yang relatif lebih rendah dibandingkan
kelompok umur muda.
Anwar mengungkapkan lebih jauh, penduduk yang bekerja dengan pendidikan rendah
cenderung ada pada sektor primer seperti pertanian dan pertambangan. Sedangkan untuk
pendidikan menengah berada di sektor sekunder yang bergerak di bidang konstruksi, gas, air,
pengelolaan limbah. Adapun pendidikan tinggi bekerja di sektor tersier seperti perdagangan dan
jasa.
“Penduduk berpendidikan rendah bekerja pada sektor informal sedangkan sektor yang
berpendidikan tinggi cenderung bekerja di sektor formal,” tuturnya.
Ia menyebut, pekerja berpendidikan rendah cenderung bekerja di sektor pertanian. Mereka
mengisi ruang pekerjaan yang tidak terlalu membutuhkan tingkat keahlian cukup tinggi. Jika
dilihat dari sisi pengangguran, mereka cenderung tidak menganggur karena masih banyak
pekerjaan yang bisa diisi oleh kelompok ini.
“Karena mereka ini banyak bekerja di sektor-sektor yang tidak terlalu membutuhkan sebuah
keahlian atau keterampilan yang spesifik,” imbuhnya.
Anwar mengaku, hal ini merupakan satu tantangan dan perlu melakukan usaha yang sangat
keras untuk bisa mendorong SDM terutama dari sisi keterampilan. “Kita harus mampu untuk
mendorong dengan sangat kuat agar kondisi ketenagakerjaan bisa ditransformasikan,” ucapnya.
Anwar menambahkan, ada beberapa peluang yang bisa direspons dan tentunya peran dari
pendidikan vokasi termasuk di Universitas Indonesia (UI). “Kita harus lihat tantangan dan
peluang ini sebagai sesuatu untuk dikelola dengan baik agar bisa menjadi sumber daya ekonomi
yang menguntungkan,” pungkasnya.
200