Page 458 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 OKTOBER 2020
P. 458

baru yaitu Jaminan Kehilangan Pekerjaan, yang dikelola oleh BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan
              prinsip  asuransi  social  15.  Pemutusan  Hubungan  Kerja  (PHK)  Alasan  perusahaan  boleh
              melakukan PHK Undang-Undang  Ketenagakerjaan Melihat pada UU Ketenagakerjaan, ada 9
              alasan perusahaan boleh melakukan PHK seperti:UU Cipta Kerja menambah 5 poin lagi alasan
              perusahaan  boleh  melakukan  PHK,  diantaranya  meliputi:  pengambilalihan,  atau  pemisahan
              perusahaan  16.  Status  Kerja  Undang-Undang    Ketenagakerjaan  Pasal  59  UUK  mengatur
              Perjanjian  Kerja  Waktu  Tertentu  (PKWT)  terhadap  pekerja  itu  maksimal  dilakukan  selama  2
              tahun, lalu boleh diperpanjang kembali dalam waktu 1 tahun.
               UU Omnibus Law (Cipta Kerja) Menghapus pasal 59 UUK yang mengatur tentang syarat pekerja
              waktu tertentu atau pekerja kontrak. Dengan penghapusan pasal ini, maka tidak ada batasan
              aturan seseorang pekerja bisa dikontrak, akibatnya bisa saja pekerja tersebut menjadi pekerja
              kontrak seumur hidup.

              17. Jam Kerja Undang-Undang Ketenagakerjaan Waktu kerja lembur paling banyak hanya 3 jam
              per hari dan 14 jam per minggu.

               UU Omnibus Law (Cipta Kerja) Draft RUU Cipta Kerja berencana memperpanjang waktu kerja
              lembur menjadi maksimal 4 jam per hari dan 18 jam per minggu.

              18. Outsourcing Undang-Undang  Ketenagakerjaan Aturan UU penggunaan outsourcing dibatasi
              dan hanya untuk tenaga kerja di luar usaha pokok.

               UU Omnibus Law (Cipta Kerja) RUU Cipta Kerja akan membuka kemungkinan bagi lembaga
              outsourcing untuk mempekerjakan pekerja untuk berbagai tugas, termasuk pekerja lepas dan
              pekerja penuh waktu. Hal ini akan membuat penggunaan tenaga alih daya semakin bebas.

              19. Tenaga Kerja Asing Undang-Undang  Ketenagakerjaan Pasal 42 ayat 1 UUK menyatakan:
              Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis dari
              Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
              Pasal 43 ayat 1 Pemberi kerja yang menggunakan tenaga kerja asing harus memiliki rencana
              penggunaan tenaga kerja asing yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

              Pasal 44 ayat 1; Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib menaati ketentuan mengenai jabatan
              dan standar kompetensi yang berlaku.

               UU  Omnibus  Law  (Cipta  Kerja)  Dalam  UU  Cipta  Kerja,  izin  tertulis  TKA  diganti  dengan
              pengesahan  rencana  penggunaan  TKA  Pasal  43  mengenai  rencana  penggunaan  TKA  dari
              pemberi  kerja  sebagai  syarat  mendapat  izin  kerja  dimana  dalam  RUU  Cipta  kerja,  informasi
              terkait periode penugasan ekspatriat, penunjukan tenaga kerja menjadi warga negara Indonesia
              sebagai  mitra  kerja  ekspatriat  dalam  rencana  penugasan  ekspatriat  dihapuskan  Pasal  44
              mengenai kewajiban menaati ketentuan mengenai jabatan dan kompetensi TKA dihapus.

              FOTO: FAUZAN/ANTARA.















                                                           457
   453   454   455   456   457   458   459   460   461   462   463