Page 541 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 APRIL 2021
P. 541

KEMNAKER: PEKERJA KONTRAK DAN OUTSOURCING BERHAK TERIMA THR

              JAKARTA,  -  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemnaker)  mengingatkan  kepada  perusahaan
              pemberi kerja bahwa pekerja dengan status outsourcing, kontrak, atau pekerja tetap (PKWT dan
              PKWTT) berhak menerima Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan.

              Dirjen  Pembinaan  Hubungan  Industrial  dan  Jaminan  Sosial  Tenaga  Kerja  (PHI  dan  Jamsos)
              Kemnaker  Indah  Anggoro  Putri  mengatakan,  pembayaran  THR  Keagamaan  ini  sesuai  Surat
              Edaran (SE) Nomor M/6/HK.04/IV/2021 tentang Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya
              (THR) Keagamaan Tahun 2021 bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan.

              Pada  prinsipnya,  pengusaha  diwajibkan  untuk  memberi  dan  membayarkan  THR  Keagamaan
              secara penuh kepada pekerja/buruhnya pada H-7 Lebaran.

              "THR  Keagamaan  wajib  diberikan  dalam  bentuk  uang  rupiah  dan  paling  lambat  tujuh  hari
              sebelum hari raya keagamaan," ucap Putri, dalam keterangannya, Senin (26/4).

              Menurut dia, ada tiga jenis pekerja/buruh yang berhak memperoleh THR Keagamaan.

              Pertama,  pekerja/buruh  berdasarkan  PKWT  (Perjanjian  Kerja  Waktu  Tertentu)  atau  PKWTT
              (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu) yang memiliki masa kerja satu bulan secara menerus,
              atau lebih.

              Kedua, pekerja/buruh berdasarkan PKWTT yang mengalami PHK oleh pengusaha terhitung sejak
              H-30 hari sebelum hari raya keagamaan.

              Ketiga, pekerja/buruh yang dipindahkan ke perusahaan lain dengan masa kerja berlanjut, apabila
              dari perusahaan lama belum mendapatkan THR.

              "THR wajib dibayar penuh dan tepat waktu. Dalam pembayaran THR, tidak ada perbedaan status
              kerja.  Para  pekerja  outsourcing  maupun  pekerja  kontrak,  asalkan  telah bekerja  selama  satu
              bulan, atau lebih dan masih memiliki hubungan kerja pada saat hari keagamaan berlangsung,
              maka berhak mendapatkan THR juga," jelasnya.

              Besaran  THR  Ketentuan  besarnya  THR  berdasarkan  peraturan  THR  Keagamaan  adalah  satu
              bulan upah untuk pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja 12 bulan secara terus-menerus,
              atau lebih.
              Sementara  itu,  pekerja/buruh  yang  masa  kerjanya  satu  bulan  secara  terus-menerus  sampai
              dengan kurang dari 12 bulan berhak mendapat THR yang dihitung secara proporsional sesuai
              masa kerjanya.

              Penghitungan upah sebulan, yakni upah tanpa tunjangan yang merupakan upah bersih ( clean
              wages ), atau upah pokok, termasuk tunjangan tetap. Dalam hal upah terdiri atas upah pokok
              dan tunjangan tidak tetap, perhitungan THR dihitung berdasarkan upah pokok.

              "Dari  perhitungan  upah  tersebut,  tidak  menutup  kemungkinan  perusahaan  juga  dapat
              memberikan THR yang nilainya lebih besar dari peraturan perundang-undangan. Hal tersebut
              terlebih dahulu ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
              bersama, atau kebiasaan yang selama ini telah dilakukan oleh perusahaan," ujar Putri.

              Sementara itu, bagi pekerja/buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja harian, upah satu
              bulan dihitung melalui dua ketentuan. Perhitungannya, memiliki masa kerja 12 bulan, atau lebih
              (rata-rata upah yang diterima dalam 12 bulan terakhir sebelum hari raya) dan masa kerja kurang
              dari 12 bulan (rata-rata upah yang diterima tiap bulan selama masa kerja).

              Editor : Abdul Muslim (abdul_muslim@investor.co.id).
                                                           540
   536   537   538   539   540   541   542   543   544   545   546