Page 625 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 APRIL 2021
P. 625

PEKERJA KONTRAK DAN OUTSOURCING BERHAK DAPAT THR, INI SYARATNYA

              JAKARTA,  :  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemnaker)  memastikan  pekerja  dengan  status
              outsourcing atau alih daya, pekerja kontrak, ataupun pekerja tetap (PKWT dan PKWTT) berhak
              menerima Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan.

              Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI dan Jamsos )
              Kemnaker  Indah  Anggoro  Putri,  menjelaskanPembayaran  THR  Keagamaan  ini  sesuai  Surat
              Edaran (SE) Nomor M/6/HK.04/IV/2021 tentang Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya
              (THR) Keagamaan Tahun 2021 bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan, pada prinsipnya mewajibkan
              pengusaha untuk memberi THR Keagamaan secara penuh kepada pekerja/buruhnya pada H-7
              Lebaran.

              "THR Keagamaan wajib diberikan dalam bentuk uang rupiah dan paling lambat 7 hari sebelum
              hari raya keagamaan," kata Putri, Minggu (25/4/2021).

              Ada tiga jenis pekerja atau buruh yang berhak memperoleh THR Keagamaan. Pertama, pekerja
              atau buruh berdasarkan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) atau PKWTT (Perjanjian Kerja
              Waktu Tidak Tertentu) yang memiliki masa kerja 1 bulan secara menerus atau lebih.

              Kedua, pekerja atau buruh berdasarkan PKWTT yang mengalami PHK oleh pengusaha terhitung
              sejak  H-30  hari  sebelum  hari  raya  keagamaan.  Ketiga,  pekerja/buruh  yang  dipindahkan  ke
              perusahaan lain dengan masa kerja berlanjut, apabila dari perusahaan lama belum mendapatkan
              THR.

              "THR wajib dibayar penuh dan tepat waktu. Dalam pembayaran THR tidak ada perbedaan status
              kerja. Para pekerja outsourcing maupun pekerja kontrak, asalkan telah bekerja selama 1 bulan
              atau lebih dan masih memiliki hubungan kerja pada saat hari keagamaan berlangsung, maka
              berhak mendapatkan THR juga," tegas Dirjen Putri.

              Selain itu, ketentuan besarnya THR berdasarkan peraturan THR Keagamaan adalah 1 bulan upah
              untuk pekerja/buruh yang mempunyai masa kerja 12 bulan secara terus menerus atau lebih,
              sedangkan pekerja/buruh yang masa kerjanya 1 bulan secara terus menerus sampai dengan
              kurang dari 12 bulan, berhak mendapat THR yang dihitung secara proporsional sesuai masa
              kerjanya.
              Demikian, penghitungan upah sebulan yakni upah tanpa tunjangan yang merupakan upah bersih
              (clean wages); atau upah pokok termasuk tunjangan tetap. Dalam hal upah terdiri dari upah
              pokok dan tunjangan tidak tetap maka perhitungan THR dihitung berdasarkan upah pokok.

              "Dari  perhitungan  upah  tersebut,  tidak  menutup  kemungkinan  perusahaan  juga  dapat
              memberikan  THR yang nilainya  lebih  besar dari  peraturan perundang-undangan,  dimana  hal
              tersebut  terlebih  dahulu  ditetapkan  dalam  perjanjian  kerja,  peraturan  perusahaan  atau
              perjanjian  kerja  bersama  atau  kebiasaan  yang  selama  ini  memang  telah  dilakukan  oleh
              perusahaan," ujarnya.

              Sedangkan pekerja/buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja harian, upah satu bulan
              dihitung melalui dua ketentuan. Yakni memiliki masa kerja 12 bulan atau lebih (rata-rata upah
              yang diterima dalam 12 bulan terakhir sebelum hari raya) dan masa kerja kurang dari 12 bulan
              (rata-rata upah yang diterima tiap bulan selama masa kerja).

              kbc 10.





                                                           624
   620   621   622   623   624   625   626   627   628   629   630