Page 124 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 OKTOBER 2021
P. 124

JHT BERGESER FILOSOFI, SERIKAT PEKERJA: DICAIRKAN SETELAH PHK, TAK LAGI
              DINIKMATI DI MASA TUA
              Pandemi Covid 19 yang hampir dua tahun melanda Indonesia telah memberikan dampak yang
              masif, tak terkecuali terhadap sektor ketenagakerjaan.

              Hal inilah yang mendasari Komisi IX DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama
              Kementerian  Ketenagakerjaan,  BPJS Ketenagakerjaan  (BPJamsostek),  dan  perwakilan  Serikat
              Pekerja/Buruh guna membahas pengawasan klaim Jaminan Hari Tua ( JHT ), Jaminan Pensiun
              (JP) dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) terhadap pekerja atau buruh yang mengalami
              Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK ) di masa pandemi Covid-19.

              Kepala  BPJamsostek  Magelang,  Budi  Santoso  mengatakan,  saat  ini  peningkatan  klaim  JHT
              memang  mengalami  peningkatan,  walaupun  tidak  terlalu  signifikan.  Akan  tetapi  cukup
              berdampak pada jumlah kepesertaan program BPJamsostek di Magelang.

              "Pergeseran makna dari JHT, menjadikan jaminan sosial ini senjata terakhir bagi para pekerja di
              kala mereka ter- PHK dari perusahaannya. Sehingga, JHT yang seharusnya diambil pada masa
              tua akhirnya diambil pada masa muda, atau saat ter- PHK," ujarnya, Sabtu 9 Oktober 2021.

              Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial (PHI & Jamsos) Kemenaker, Indah
              Anggoro Putri menjelaskan, peningkatan angka klaim JHT, salah satunya disebabkan banyaknya
              pekerja yang mengalami PHK.

              Selain itu, pihaknya mendapati adanya pergeseran filosofi dari program JHT yang seharusnya
              dinikmati  ketika  memasuki  hari  tua  atau  masa  pensiun,  namun  banyak  pekerja  yang  justru
              mencairkan saldo JHT setelah PHK.

              Hal ini juga didasari oleh Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2015 dan Peraturan Menteri
              Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 19 Tahun 2015 yang memungkinkan bagi para pekerja
              untuk melakukan klaim JHT satu bulan setelah mengalami PHK.

              Namun  saat  ini  Kemenaker  sedang  melakukan  revisi  terhadap  Permenaker  tersebut  untuk
              mengembalikan kepada filosofi program JHT yang seharusnya.

              "Kami merevisi Permenaker nomor 19 tersebut. Kami kembalikan ke filosofi JHT, yaitu benar-
              benar sebagai tabungan di masa tua sebagai amanat yang tertera dalam Undang-Undang nomor
              40 tahun 2004 dan juga Peraturan Pemerintah (PP) nomor 46 tahun 2015," katanya.
              Sejalan  dengan  hal  tersebut,  Direktur  Pelayanan  BPJamsostek  Roswita  Nilakurnia  juga
              memaparkan data klaim JHT dalam kurun waktu Desember 2020 hingga Agustus 2021, yang
              mana  selama  masa  pandemi  terjadi  kenaikan  jumlah  klaim  jika  dibandingkan  tahun-tahun
              sebelumnya.
              Hingga  Agustus  2021,  tercatat  1,49  juta  kasus JHT dengan  penyebab klaim  didominasi oleh
              pengundurkan diri dan PHK.

              Selain itu mayoritas nominal saldo JHT yang diklaim adalah dibawah Rp10 juta dan range umur
              peserta paling banyak di bawah 30 tahun di mana merupakan usia produktif bekerja.

              Sementara  itu,  Sekjen  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Seluruh  Indonesia  (K-SPSI),  Hermanto
              Achmad menyoroti isu yang sama, di mana saat ini pencairan JHT sangat mudah dan banyak di
              antara pekerja yang menggunakan modus seolah-olah PHK untuk dapat melakukan klaim.

              Sehingga hal ini cenderung tidak sesuai dengan filosofi jaminan sosial yang sejak awal menjadi
              harapan bagi seluruh pekerja Indonesia untuk memiliki hari tua yang terjamin.

                                                           123
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129