Page 76 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 JANUARI 2021
P. 76

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah mengungkapkan setidaknya ada 3 sumber pendanaan
              untuk  menyalurkan  tunjangan  bagi  korban  PHK.  Tak  hanya  dari  APBN,  sumber  pendanaan
              program tunjangan pengangguran tersebut rencananya diserap dari iuran jaminan sosial dan
              dana operasional BPJS Ketenagakerjaan.

              "Sumber pendanaan program JKP (Jaminan Kehilangan Pekerjaan) itu tentunya dari modal awal
              pemerintah (APBN), rekomposisi iuran program jaminan sosial dan atau dana operasional BPJS
              Ketenagakerjaan," ujar Ida kepada detikcom, Rabu (20/1/2021).

              Sebagaimana diketahui, saat ini pemerintah sedang menggodok beberapa Rancangan Peraturan
              Pemerintah (RPP) turunan dari UU Cipta Kerja. Salah satu yang dibahas adalah RPP tentang
              Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).

              Adapun manfaat dari kehadiran RPP JKP ini adalah adanya kepastian tunjangan pengangguran,
              employment services dan pelatihan vokasi bagi para korban PHK. Manfaat itu diberikan paling
              lama selama 6 bulan dengan persentase tertentu dari upah yang dilaporkan atau rata-rata upah
              nasional.

              Namun,  tak  semua  korban  PHK  bisa  mencicipi  manfaat  dari  program  tersebut.  Dalam  rapat
              dengan Komisi IX DPR RI, Senin (18/1) kemarin Ida merinci kriteria peserta program JKP.

              Peserta JKP adalah mereka yang mengikuti salah satu dari 4 program di BPJS Ketenagakerjaan
              di antaranya adalah peserta JHT, JKK, JKM, atau JP.

              Kemudian, penyelenggaranya mengkombinasikan cash benefit dari BPJS Ketenagakerjaan, dan
              pelatih vokasi serta akses pasar kerja yang disiapkan oleh Kemnaker.

              Lalu, dari sisi kriteria yang mendapatkan JKP adalah mereka yang di-PHK karena penggabungan,
              perampingan  atau  efisiensi  perubahan  status  kepemilikan  perusahaan.  Berikutnya  akibat
              kerugian, tutup dan pailit, serta pengusaha melakukan kesalahan terhadap pekerja.

              "Tentu saja dikecualikan (untuk) PKWT, pensiun, meninggal, dan cacat total," kata Ida.

              Dari sisi eligibilitasnya, ketentuan minimal masa kepesertaan adalah 24 bulan, masa iurannya 12
              bulan, kemudian membayar iuran berturut-turut selama 6 bulan.

              "Manfaatnya  diberikan  selama  paling  lama  6  bulan  dengan  persentase  tertentu  dari  upah
              dilaporkan atau rata-rata upah nasional," paparnya.

              Terakhir dari sisi iurannya terdapat batas atas upah sesuai dengan plafon jaminan pensiun atau
              menggunakan rata-rata upah nasional.























                                                           75
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81