Page 150 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 1 JULI 2021
P. 150
BANK DUNIA: 2/3 PEKERJAAN DI INDONESIA BERKUALITAS RENDAH DI 2018
Bank Dunia merilis laporan Pathways to Middle-Class Jobs in Indonesia. Laporan tersebut
menyebutkan, per tahun 2018, sebanyak 2/3 dari jumlah pekerjaan di Indonesia berada di sektor
pertanian atau jasa berkualitas rendah (low quality).
Status kualitas rendah ini merujuk pada ketidaksesuaian gaji dan benefit yang didapat dengan
beban pekerjaan yang diberikan, atau gaji dan benefit yang didapat tidak dapat menunjang
kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera.
Maria Monica Wihardja, salah satu kontributor laporan tersebut, menyebutkan, kebanyakan
status pekerjaan ini disematkan pada para pekerja di sektor informal, seperti di warung
makanan, ritel makanan dan minuman hingga pengemudi ojek online.
"Kemudian, di tahun 2019, sebanyak 38,2 persen pekerja adalah pemilik usaha, dan 61,8
persennya merupakan karyawan. Setengah dari pemilik usaha berstatus self-employed,
sedangkan 2/3 karyawan bekerja tanpa adanya kontrak," jelas Monica dalam peluncuran laporan
secara daring, Rabu (30/6).
Lanjutnya, secara keseluruhan, 3/4 dari jumlah pekerjaan di Indonesia berstatus informal.
Produktivitas tenaga kerjanya juga rendah, tercermin dari biaya tenaga kerja per unit yang tinggi
dibandingkan dengan kawasan Asia Timur lainnya.
Di sisi lain, porsi pekerjaan berstatus menengah (middle-class) hanya dinikmati sebagian kecil
pekerja di Indonesia. Per tahun 2018, dari 124 juta pekerja di Indonesia, hanya 85 juta pekerja
yang mendapat gaji dan benefit. Sisanya ialah pekerjaan yang tidak mendapat gaji dan benefit.
Dari 85 juta pekerjaan tersebut, hanya 15 persen pekerja yang mendapatkan pekerjaan
berstatus menengah, dan hanya 4 persen pekerja yang menjadi pegawai tetap dan mendapat
benefit sosial yang penuh. "Meski sebagian besar pekerjaan di Indonesia menyelamatkan dari
kemiskinan, mereka (pekerjaan) tetap tidak bisa membawa masyarakat Indonesia berstatus
middle-class," jelas Monica.
Alasan
Monica membeberkan beberapa alasan mengapa Indonesia masih kesulitan menciptakan
lapangan kerja berstatus menengah (middle-class jobs). Pertama, transformasi struktural yang
terjadi tidak meningkatkan produktivitas pekerjanya, sehingga penciptaan lapangan kerja
menengah sulit terwujud.
"Kedua, struktur ekonomi Indonesia belum kondusif dalam menciptakan lapangan kerja
menengah. Sebanyak 2/3 pekerjaan merupakan usaha rumah tangga dengan 45 juta pemilik
dan 38 juta pekerja, dimana hampir semuanya berstatus informal," jelas Monica.
Sektor formal juga ternyata sulit menciptakan pekerjaan menengah ini. Terdapat sektor potensial
yaitu sektor manufaktur, kendati penciptaan lapangan kerja terjadi hanya di perusahaan yang
tua dan besar saja. Perusahaan baru memiliki kesulitan dalam bertumbuh dan merekrut pekerja
baru.
Faktor ketiga ialah kurangnya kemampuan (skill) pekerja untuk masuk ke ranah pekerjaan
menengah. Monica mengatakan, pekerjaan menengah cenderung membutuhkan skill khusus
berupa kemampuan berpikir yang kuat, kemampuan interpersonal dan kemampuan digital,
diimbangi dengan wawasan di bidang sains, teknologi, teknik, matematika atau administrasi
bisnis.
149