Page 97 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 APRIL 2021
P. 97

membayarkan tunjangan hari raya (THR) kepada karyawannya paling telat satu hari sebelum
              pelaksanaan hari raya keagamaan.
              Taufik mengatakan, mengacu kepada Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan No 6 Tahun 2021,
              perusahaan yang terdampak COVID-19 harus melakukan dialog dengan bupati/walikota.

              "Perusahan yang masih terdampak bisa melakukan perundingan kesepakatan, dan perusahaan
              bisa membuktikan terkait dampak dari pandemi ini. Tapi tetap hanya diberi waktu sampai minus
              satu  hari  sebelum  hari  raya,  jadi  kalau  di  aturannya  itu  minus  tujuh  hari,"  ucap  Taufik  Ia
              menegaskan, tahun ini tidak ada aturan bagi perusahaan untuk mencicil THR bagi karyawannya.
              Pasalnya,  kondisi  tahun  ini  berbeda  dibandingkan  dengan  tahun  lalu,  yang  dimana  aktivitas
              ekonomi tahun ini sudah mulai kembali bergeliat.

              Selain itu, pemerintah pun telah melakukan relaksasi terkait ekonomi, pajak, listrik bahkan di
              ruang  perbankan.  "Tahun  lalu  itu,  semuanya  terkaget-kaget  karena  pandemi  COVID-19  ini.
              Pandemi tahun lalu itu Maret, kemudian hari rayanya bulan Mei. Jadi baru dua bulan, tiga bulan,
              semua terkaget-kaget. Pemerintah Indonesia belum punya acuannya, mana yang terbaik untuk
              menanggulangi pandemi," katanya.

              Ia  pun  mengingatkan  adanya  denda  bagi  pengusaha  yang  telat  membayar  THR,  denda  itu
              sebesar 5 persen dari nilai THR yang diberikan perusahaan kepada karyawannya. "Dendanya itu
              lima persen dari nilai THR yang diberikan, misal yang diberikan itu Rp 1 miliar, maka dendanya
              itu lima persen harus diberikan kepada karyawan untuk kesejahteraannya," jelasnya.

              Saat ini, ujar Taufik, terdapat 50 ribu lebih perusahaan yang terdaftar dalam wajib lapor kinerja
              perusahaan (WLKP). "Mungkin banyak yang tidak terdaftar dengan berbagai permasalahnnya,
              tapi di lain pihak kita harus menjaga jangan sampai berhenti di PHK," imbuhnya.

              Di sisi lain, menurut Akademisi Universitas Padjadjaran Prof Maman Setiawan mengungkapkan
              pemberian THR dimaksudkan untuk mendorong produktivitas dari tenaga kerja dan juga bisa
              mendorong konsumsi. Diketahui kontribusi konsumsi terhadap PDB mencapai 60 persen.

              Sejak  beberapa  tahun  terakhir  produktivitas  tenaga  kerja  di  Indonesia  terus  menunjukkan
              peningkatan. Sehingga, perlu diberikan reward yang sepadan bagi para pekerja tersebut atas
              kinerja yang diberikan.
              Hanya pada 2020, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan pertumbuhan sebagai imbas
              pandemi. Industri manufaktur sebagai kontributor terbesar perekonomian bahkan jatuh lebih
              dalam dibandingkan dengan penurunan perekonomian secara keseluruhan. Hal itu menyebabkan
              terjadi kendala dalam pembayaran THR.

              Namun  demikian,  seiring  dengan  pemulihan  yang  berlangsung,  kinerja  sejumlah  sektor
              manufaktur pada triwulan I-2021 mulai bergeliat. Salah satu tercermin dari meningkatnya kinerja
              ekspor.
              Berdasarkan hal tersebut beberapa sektor menurutnya tidak akan menghadapi kendala untuk
              menunaikan kewajiban pembayaran THR. Sektor yang memiliki pertumbuhan positif tersebut
              diantaranya informasi dan komunikasi, pertanian.

              "Harusnya tidak lagi menunggak, tidak ada masalah dalam pembayaran THR. Artinya mengikuti
              aturan yang ada," tegasnya.

              Akan  tetapi,  Maman  mengungkapkan,  ada  sejumlah  sektor  yang  juga  masih  menghadapi
              tekanan.  Diantaranya  sektor  pariwisata,  pertambangan  dan  penggalian,  serta  konsumsi.
              Diperkirakan beberapa sektor tersebut akan mengalami sedikit hambatan dalam membayar THR.
              (.

                                                           96
   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102