Page 76 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 JANUARI 2021
P. 76

Dalam raker tersebut, Ida memaparkan evaluasi penyaluran bantuan Rp 600 ribu per bulan untuk
              jangka waktu empat bulan.
              Penyaluran BSU kepada 12.403.896 sasaran penerima dilakukan dalam dua gelombang. Di setiap
              gelombang, penerima menerima Rp 1,2 juta.

              Realisasi penyaluran gelombang I pada periode Agustus-Oktober 2020 mencapai 99,11 persen.
              Di antara 12.403.896 target penerima, dana berhasil tersalurkan kepada 12.293.134 penerima.
              Artinya, ada 110.762 pekerja yang tidak menerima BSU di gelombang I.

              Kondisi  yang  sama  terjadi  saat  penyaluran  gelombang  II  pada  November  2020.  BSU  tidak
              tersalur sempurna. Bahkan, realisasi lebih rendah jika dibandingkan dengan gelombang I, yakni
              98,71 persen. Di antara 12.403.896 target penerima, hanya 12.244.169 peserta yang dananya
              berhasil  dicairkan  bank  penyalur.  "Secara  total,  realisasi  mencapai  98,91  persen  dengan
              anggaran yang tersalurkan Rp 29,4 triliun," ujarnya.

              Ida  mengungkapkan,  ada  sejumlah  persoalan  yang  mengakibatkan  BSU  tidak  terserap
              seluruhnya. Di antaranya, duplikasi atau rekening ganda, nama yang terdaftar tidak valid, dan
              kasus rekening yang ternyata sudah ditutup, baik oleh pemilik rekening maupun pihak bank.

              Ada pula rekening yang tidak terdaftar di kliring, rekening pasif karena tidak ada transaksi dalam
              jangka waktu tertentu, rekening dibekukan, NIK di bank tidak sesuai dengan NIK di data subsidi,
              hingga cutoff akhir tahun yang mengharuskan seluruh dana kembali ke kas negara.

              Mengapa  realisasi  gelombang  I  dan  II  tidak  sama?  Ida  menjelaskan,  setelah  penyaluran
              gelombang  I,  pihaknya  mendapat  pendampingan  dari  KPK  dan  BPK  untuk  pencairan  tahap
              selanjutnya. Dari sana, ada masukan bahwa sebaiknya data penerima lebih dulu dipadankan
              dengan  milik  Ditjen  Pajak.  Tujuannya,  mengetahui  penerima  benar-benar  memiliki  upah  di
              bawah Rp 5 juta seperti yang dipersyaratkan atau tidak.

              Saat  pemadanan  data  dimulai,  menurut  Ida,  ada  perbedaan  data  yang  dilaporkan.  Yang
              digunakan  Ditjen  Pajak  merupakan  jumlah  penghasilan,  sedangkan  data  BPJamsostek  yang
              menjadi  acuan  data  BSU  adalah  upah  yang  diterima  pekerja.  "Jadi,  saat  di-tracking
              penghasilannya Rp 5 juta, di BPJS Ketenagakerjaan (BPJamsostek, Red) upahnya tidak segitu,"
              paparnya.
              Kondisi itu lantas didiskusikan dengan KPK. Sebab, ada sekitar 1,1 juta pekerja yang terdeteksi
              memiliki pendapatan di atas Rp 5 juta. Di sisi lain, pihaknya punya keterbatasan waktu sampai
              31 Desember 2020. Akhirnya, diputuskan bahwa BSU tetap disalurkan mengingat perbedaan
              data yang digunakan tersebut.

              Di bagian lain, ada kabar baik bagi para guru non-PNS di bawah naungan Kementerian Agama
              (Kemenag).  Sebab,  ada  rencana  perpanjangan  penyaluran  BSU  bagi  para  guru  non-PNS.
              "Diusulkan kembali pencairan BSU enam bulan lagi," ungkap Menag Yaqut Cholil Qoumas saat
              rapat bersama Komisi VIII DPR kemarin.

              Bahkan, Kemenag akan memperluas cakupan penerima BSU. Yaitu, untuk para dosen non-PNS
              dan guru atau ustad di pesantren.

              .








                                                           75
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81