Page 156 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 FEBRUARI 2021
P. 156

Kepesertaan pekerja minimal 24 bulan, dan masa iur 12 bulan, serta telah membayar iuran 6
              bulan berturut-turut.
              RPP ini juga mengatur besarnya iuran untuk JKP sebesar 0,46% dari besaran upah pekerja. Dari
              jumlah itu, sekitar 0,22% dari upah bulanan pekerja akan dibayar pemerintah, sisanya hasil
              rekomposisi iuran jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian.

              Poin-Poin Aturan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP)

              Peserta JKP adalah pekerja yang berusia belum mencapai usia 54(lima puluh empat) tahun pada
              saat mendaftar; dan mempunyai hubungan kerja dengan pengusaha dan yang ikut program
              jaminan sosial sekaligus menjadi peserta JKP.

              Iuran  program  JKP  wajib  dibayarkan  setiap  bulanan  sebesar  0,46%  dari  upah  sebulan  yang
              bersumber dari iuran yang dibayarkan pemerintah dan sumber pendanaan JKP.
              Iuran JKP yang dibayarkan oleh Pemerintah Pusat sebesar 0,22% dari upah sebulan.

              Sumber pendanaan JKP untuk iuran JKP merupakan rekomposisi dari iuran program JKK dan
              JKM, dengan ketentuan iuranJKK direkomposisi sebesar 0,14% dari upah sebulan rangenya 0,1%
              untuk tingkat risiko rendah hingga 1,60% untuk risiko tinggi. Kemudian iuranJKM direkomposisi
              sebesar 0,10% dari Upah sebulan,sehingga iuranJKM menjadi sebesar 0,20% dari Upah sebulan.

              Batas atas upah penghitungan JKP ditetapkan Rp 5 juta.

              Iuran JKP dibayarkan kepada BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan data kepesertaan dari BPJS
              Ketenagakerjaan.

              Manfaat JKP berupa uang tunai; akses informasi pasar kerja; dan pelatihan Kerja.

              Manfaat uang tunai diberikan setiap bulan paling banyak 6 (enam) bulan upah dengan ketentuan
              sebesar 45 % dari Upah untuk 3 bulan pertama dan 25 % dari upah untuk 3 bulan berikutnya.

              Meski  ada  iuran  JKP,  Sekretaris  Jenderal  Kementerian  Ketenagakerjaan  Anwar  Sanusi
              memastikan pekerja dan perusahaan tak perlu membayar iuran JKP.

              "Pemerintah  akan  membayar  iuran  dan  mengubah  komposisi  iuran  dari  program  Jaminan
              Kecelakaan  Kerja  (JKK)  dan  juga  Jaminan  Kematian  (JKM),"  katanya  ke  KONTAN,  Kamis
              (4/2).(lihat tabel).

              Pengurangan iuran JKK dan JKM ini juga tak akan mengurangi manfaat yang diterima peserta
              bila mengalami risiko kecelakaan kerja maupun mengalami kematian.

              Menteri  Ketenagakerjaan  Ida  Fauziyah  saat  rapat  dengan  Komisi  IX  DPR  RI  belum  lama  ini
              menjelaskan  kriteria  korban  PHK  yang  bisa  mendapatkan  JKP  adalah  jika  PHK  terjadi  akibat
              penggabungan,  perampingan,  efisiensi,  perubahan  status  kepemilikan  perusahaan,  termasuk
              saat perusahaan rugi hingga harus tutup atau pailit serta saat pengusaha melakukan kesalahan
              kepada pekerja.

              Hanya,  Serikat  Pekerja  tetap  menolak  aturan  ini.  Menurut  mereka,  JKP  tidak  menyelesaikan
              masalah ketenagakerjaan. Pasalnya, pekerja pada dasarnya ingin ada kepastian bisa tetap kerja.
              "Pemerintah ini memberikan sogokan, PHK tak apa-apa toh ada JKP," ujar Wakil Ketua Federasi
              Serikat Buruh Persatuan Indonesia (FSBPI) Jumisih.

              Presiden  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  Said  Iqbal  menyebut  JKP  tidak  bisa
              dijalankan  karena  adanya  batasan  masa  kerja.  Kata  Said,  ini  artinya  UU  Cipta  Kerja  tak
              membatasi pekerja perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) iku skema ini.

                                                           155
   151   152   153   154   155   156   157