Page 188 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 MARET 2021
P. 188
ASOSIASI REKSADANA: KASUS BPJS KETENAGAKERJAAN BERBEDA
INFO NASIONAL - Hingga kini, penyidikan yang dilakukan Kejaksaan Agung (Kejagung) RI
terhadap BPJS Ketenagakerjaan (BPJamsostek) belum ada kejelasan hukum. Hal ini
mengundang banyak spekulasi publik.
Direktur Eksekutif Dewan Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia (APRDI), Mauldy
Rauf Makmur angkat bicara. Dia mengatakan, kasus BPJS Ketenagakerjaan dengan Jiwasraya
dan Asabri sangat berbeda. Jiwasraya dan Asabri melanggar pengelolaan reksadana.
Menurut Mauldy, saham Jiwasraya dan Asabri juga diduga diinvestasikan pada saham yang
berfundamental tidak baik, sehingga pada saat ingin mencairkan sahamnya tidak bisa diuangkan
atau dijual. "Kalau BPJS Ketenagakerjaan sangat berbeda, karena BPJS Ketenagakerjaan tidak
ada masalah dengan guaranteed return, tidak ada masalah juga dengan pelanggaran
pengelolaan reksadana," ujarnya.
"Yang dimasalahkan dalam kasus BPJS Ketenagakerjaan itu Unrealized Loss (UL). Di pasar modal
itu selalu ada Unrealized Loss. Saya tahu betul BPJS Ketenagakerjaan punya SOP yang baik
dalam memilih Manager Investasi (MI) dan dalam memilih reksadana. SOP mereka jelas," kata
Mauldy.
Mauldy menuturkan, MI yang ingin menjadi mitra BPJS Ketenagakerjaan tidak sembarangan,
dipilih dari Asset Under Management (AUM). Lalu produk reksadana mereka dipantau terus, dan
BPJS Ketenagakerjaan memiliki alat ukur atau rating sendiri. Jjika reksadananya kinerjanya
buruk, secara periodik MI-nya bisa dipanggil dan dievaluasi.
Mauldy menyimpulkan, BPJS Ketenagakerjaan benar-benar prudent dalam melakukan investasi.
"Semua di pasar modal pasti kena UL, ketika kinerja indeks turun ya pasti kena UL, tapi kalau
kinerja indeks naik lagi maka saham juga akan naik lagi. Kalau UL dipermasalahkan, ya tidak ada
yang berinvestasi di pasar modal," ujarnya.
187