Page 221 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 MARET 2021
P. 221
Ringkasan
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziah menyebut pandemi Covid-19 menyebabkan
kenaikan angka pengangguran yang ada di Indonesia. "Data BPS (Badan Pusat Statistik)
menunjukkan ada peningkatan jumlah dan tingkat pengangguran yang signifikan akibat dampak
pandemi. Pada bulan Agustus 2020 jumlah pengangguran mencapai 9,7 juta orang dengan TPT
(tingkat pengangguran terbuka) sebesar 7 persen, ada kenaikan 1,84 persen dibanding tahun
sebelumnya," katanya pada pembukaan Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Tahun Angkatan
2021 di BLK Surakarta, Rabu (10/3).
MENAKER: PANDEMI SEBABKAN KENAIKAN ANGKA PENGANGGURAN
SOLO -- Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziah menyebut pandemi Covid-19
menyebabkan kenaikan angka pengangguran yang ada di Indonesia. "Data BPS (Badan Pusat
Statistik) menunjukkan ada peningkatan jumlah dan tingkat pengangguran yang signifikan akibat
dampak pandemi. Pada bulan Agustus 2020 jumlah pengangguran mencapai 9,7 juta orang
dengan TPT (tingkat pengangguran terbuka) sebesar 7 persen, ada kenaikan 1,84 persen
dibanding tahun sebelumnya," katanya pada pembukaan Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)
Tahun Angkatan 2021 di BLK Surakarta, Rabu (10/3).
Ia mengatakan sektor ketenagakerjaan di Indonesia ikut terdampak oleh adanya pandemi Covid-
19 yang berlangsung sejak tahun lalu. "Padahal pada lima tahun sebelumnya kita sudah berhasil
menurunkan tingkat pengangguran menjadi 4,99 persen pada Bulan Februari 2020," katanya.
Sementara itu, mengenai angka pengangguran di Jawa Tengah, dikatakannya, berdasarkan data
dari BPS pada bulan Agustus 2020 menunjukkan ada 1,21 juta orang penganggur. Angka ini naik
sebesar 396.000 orang dibandingkan tahun sebelumnya.
"Ada kenaikan tingkat pengangguran cukup besar yaitu 2,04 persen dibanding tahun sebelumnya
dan diperkirakan ada sekitar 3,97 jutaorang penduduk usia kerja yang terdampak pandemi di
Provinsi Jawa Tengah," katanya.
Ia mengatakan adanya pandemi tentunya menambah tantangan kondisi ketenagakerjaan selain
dari tantangan yang telah ada sebelumnya yaitu terkait kualitas SDM, kompetensi, dan
produktivitas. Data nasional menunjukkan, dari keseluruhan penduduk yang bekerja, sekitar 57
persen lebih berpendidikan rendah, yaitu SMP ke bawah dengan kemampuan terbatas.
"Untuk Provinsi Jawa Tengah angkanya lebih tinggi yaitu persentase penduduk yang bekerja
dengan pendidikan rendah sebesar 65 persen. Selain dari permasalahan masih rendahnya
pendidikan dan 'skill' pekerja, yang ditambah juga dengan adanya dampak pandemi, perlu
diingat bahwa saat ini kita juga berada pada era revolusi industri 4.0 yang berdampak pada
adanya transformasi di sektor ketenagakerjaan," katanya.
Untuk bisa menjawab tantangan tersebut, pihaknya berharap seluruh pihak dapat berkolaborasi
dan bersinergi untuk menyelesaikan permasalahan terkini di sektor ketenagakerjaan."Salah
satunya adalah dengan BLK menyelenggarakan pelatihan yang bisa mengantisipasi kebutuhan
'skill' dan kompetensi tenaga kerja di masa pandemi dan setelahnya, karena saat ini perlindungan
terbaik bagi angkatan kerja baru dan para pekerja adalah perlindungan kompetensi. Dengan
adanya skill, setiap individu akan punya kemampuan bekerja secara terus-menerus baik bekerja
untuk orang lain maupun membuka lapangan kerja baru, yang pada akhirnya akan mampu
berkontribusi meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan," paparnya.
220