Page 315 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 OKTOBER 2020
P. 315

Ringkasan

              Mahkamah  Konstitusi  (MK)  menerima  permohonan  uji  materi  Omnibus  Law  Undang-Undang
              Cipta Kerja dari seorang buruh dan karyawan kontrak. Kedua orang tersebut berasal dari Dewan
              Pimpinan Pusat Federasi Serikat Pekerja Singaperbangsa (DPP FSPS).



              MK SUDAH TERIMA UJI MATERI DARI SERIKAT PEKERJA, BALEG DPR: TIDAK ADA
              PERUBAHAN UU CIPTA KERJA
              Mahkamah  Konstitusi  (MK)  menerima  permohonan  uji  materi  Omnibus  Law  Undang-Undang
              Cipta Kerja dari seorang buruh dan karyawan kontrak.

              Kedua  orang  tersebut  berasal  dari  Dewan  Pimpinan  Pusat  Federasi  Serikat  Pekerja
              Singaperbangsa (DPP FSPS).

              "Iya, sudah ada 2 permohonan diajukan. Silakan cek dan cermati permohonannya di laman MK,
              mkri. id," kata Juru Bicara MK Fajar Laksono kepada Tribun, Selasa(13/10).

              Penggugat pertama adalah Dewa Putu Reza yang mengaku sebagai karyawan kontrak di sebuah
              perusahaan.

              Kemudian penggugat kedua ialah Ayu Putri yang mengaku sebagai freelance.

              Fajar mengatakan, permohonan dari dua masih diproses untuk diregistrasi. Selanjutnya, MK akan
              menggelar sidang pendahuluan paling lama 2 pekan sejak permohonan teregistrasi.

              "Paling lama 14 hari sudah harus diagendakan sidang pertama, paling lama ya itu. Berarti bisa
              lebih cepat dari itu," kata Fajar.

              Gugatan  pertama  yang  diajukan  Dewa  Putu  Reza  dan  Ayu  Putri  telah  diterima  panitera  MK
              dengan nomor 2034/PAN. MK/X/2020.

              Dalam gugatannya, Reza dan Ayu mengajukan gugatan terhadap Pasal 59, Pasal 156 ayat (2)
              dan ayat (3), Pasal 79 ayat (2) huruf b, dan Pasal 78 ayat (1) huruf b klaster Ketenagakerjaan
              UU Cipta Kerja .

              Menurut Dewa dan Ayu, pasal-pasal yang digugat mengatur mengenai penghapusan batas waktu
              perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT), penghapusan ketentuan minimal dalam memberikan
              pesangon, serta penghapusan ketentuan istirahat mingguan dan penambahan waktu jam lembur
              yang mengakibatkan hilangnya perlindungan hukum yang adil bagi para pekerja.

              "Dengan  diberlakukannya  UU  Cipta  Kerja  yang  meniadakan  batas  waktu  PKWT  telah
              menghalangi pekerja kontrak untuk dapat menjadi pekerja tetap yang berhak atas pemberian
              pesangon, dan/atau uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak," ujar Reza dan
              Ayu dalam permohonannya.

              Sehingga  keduanya  meminta  MK  agar  menyatakan  pasal-pasal  yang  digugat  bertentangan
              dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

              Sementara permohonan kedua diajukan DPP FSPS yang diwakili Ketua Umumnya Deni Sunarya
              dan Sekretaris Umum Muhammad Hafiz.
              Berkas permohonan mereka diterima panitera MK dengan nomor 2035/PAN. MK/X/2020. Mereka
              menggugat  Pasal  81  angka  15,  angka  19,  angka  25,  angka  29  dan  angka  44  klaster
              Ketenagakerjaan UU Ciptaker.

                                                           314
   310   311   312   313   314   315   316   317   318   319   320