Page 316 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 OKTOBER 2020
P. 316

DPP  FSPS  menilai  pasal-pasal  tersebut  telah  mengubah  ketentuan  PKWT,  upah  minimum,
              pesangon,  uang  penghargaan,  dan  uang  penggantian  hak.  Mereka  menilai  berubahnya
              ketentuan tersebut merugikan buruh.

              Sehingga, DPP FSPS meminta MK agar pasal-pasal tersebut dinyatakan bertentangan dengan
              UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat.

              Sebelumnya, sejak disahkan pada 5 Oktober, Omnibus Law mendapat protes yang membuat
              munculnya demo besar-besaran di berbagai daerah. Puncaknya pada 8 Oktober, demo menolak
              Omnibus Law di sejumlah daerah berujung ricuh dan menimbulkan kerusakan fasilitas umum.
              Merespons gelombang penolakan terhadap Omnibus Law, Presiden Jokowi meminta masyarakat
              yang tak puas bisa mengajukan gugatan ke MK.

              Tidak Berubah Badan Legislasi (Baleg) DPR memastikan tidak ada perubahan subtansi dalam
              draf Undang-Undang Cipta Kerja, yang telah disahkan saat rapat paripurna dan sekarang sudah
              difinalkan menjadi 812 halaman.
              Ketua  Baleg  DPR  Supratman  Andi  Agtas  mengatakan,  terkait  pasal  79  dalaMKlaster
              ketenagakerjaan telah putuskan dalam rapat panitia kerja (Panja) RUU Cipta Kerja.

              "Pasal 79, terkait dengan ayat 1, ayat 2, ayat 3 itu adalah hasil keputusan Mahkamah Konstitusi
              (MK). Nah itu yang kami kembalikan semua," papar Supratman.

              Supratman  menyebut,  dirinya  bersama  anggota  Panja  lainnya  telah  membaca  satu  per  satu
              terhadap materi muatan UU Cipta Kerja yang sudah diputuskan dalam rapat paripurna DPR pada
              5 Oktober 2020.

              "Kami  kembalikan  kepada  Kesekjenan  sesuai  dengan  draf  yang  terakhir  (tanpa  mengubah
              subtansi)," ucap politikus Gerindra itu.
              Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin memastikan tidak ada kepentingan pribadi pada pembahasan
              Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja, hingga akhirnya disahkan menjadi undang-undang.

              "Tidak  ada  interest,  kepentingan  pribadi,  kepentingan  kelompok  dalaMKami  pimpinan  DPR,
              pimpinan  fraksi  dan  Badan  Legislasi  memanfaatkan  kondisi  tertentu  untuk  hal  yang
              menguntungkan para pihak tertentu," ujar Azis.

              Azis meyakini proses pembahasan yang dilakukan di Badan Legislasi (Baleg) DPR sudah sesuai
              mekanisme dan tata cara dalam pengambilan keputusan di DPR.

              Bahkan, kata Azis, setiap rapat RUU tersebut selalu ada catatan hingga rekamannya yang dapat
              diakses masyarakat secara luas.

              "Bagi yang masih kontra, ada mekanisme konstitusi yang dibuka oleh aturan-aturan konstitusi
              kita melalui Mahkamah Konstitusi . Kami sangat menghargai perbedaan-perbedaan untuk bisa
              dilakukan ke MK," papar Azis.
              Politikus  partai  Golkar  itu  pun  menjamin,  draf  UU  Cipta  Kerja  setebal  812  halaman  dari
              sebelumnya 1. 035 halaman, tidak ada pasal selundupan atau di luar yang menjadi kesepakatan
              pada tingkat I maupun II.

              "Kami tidak berani dan tidak akan memasukan selundupan pasal. Itu kami jamin sumpah jabatan
              kami,  karena  itu  tindak  pidana  apabila  ada  selundupkan  pasal,"  ujar  Azis.  (Tribun
              Network/ham/sen/wly).




                                                           315
   311   312   313   314   315   316   317   318   319   320   321