Page 356 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 OKTOBER 2020
P. 356

Sebanyak  488  halaman  merupakan  isi  undang-undang,  sementara  sisanya  merupakan
              penjelasan. Draf tersebut telah melalu proses perbaikan dan pengeditan oleh Kesekjenan DPR
              setelah  disahkan  pada  5  Oktober  2020.  Rencananya,  sesuai  dengan  ketentuan  UU  Nomor
              12/2011, draf UU akan dikirimkan kepada presiden pada Rabu (14/10/2020) ini.



              PERUBAHAN DRAF UU CIPTA KERJA DAN KESAKRALAN YANG HILANG

              Setelah simpang siur selama hampir satu pekan setelah disetujui di rapat paripurna, draf UU
              Cipta Kerja akhirnya dirampungkan DPR dan siap dikiriMKe presiden.

              Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin, dalaMKonferensi pers pada Selasa (13/10/2020), memastikan
              draf UU Cipta Kerja yang telah final dan akan dikiriMKe Presiden Joko Widodo adalah yang terdiri
              atas 812 halaman.
              Sebanyak  488  halaman  merupakan  isi  undang-undang,  sementara  sisanya  merupakan
              penjelasan. Draf tersebut telah melalu proses perbaikan dan pengeditan oleh Kesekjenan DPR
              setelah disahkan pada 5 Oktober 2020.

              Rencananya, sesuai dengan ketentuan UU Nomor 12/2011, draf UU akan dikirimkan kepada
              presiden pada Rabu (14/10/2020) ini.

              "Setelah dilakukan pengetikan final berdasarkan legal drafter yang ditentukan Kesekjenan dan
              mekanisme, total jumlah kertas dan halaman hanya 812 halaman berikut undang-undang dan
              penjelasan," kata Azis.

              Sebelumnya, sempat beredar draf dengan jumlah halaman yang berbeda-beda. Setidaknya ada
              tiga draf yang diterima wartawan, yaitu draf setebal 905 halaman dan 1. 035 halaman.

              Azis menjamin tidak ada perubahan substansi selama proses pengeditan draf UU Cipta Kerja.

              Menurutnya, penyusutan jumlah halaman disebabkan pengubahan format ukuran kertas yang
              semula A4 menjadi legal.


              Ia mengatakan upaya mengubah substansi seperti menambahkan ayat atau pasal dalam RUU
              yang telah disetujui di paripurna merupakan tindak pidana.

              "Tentu kami tidak berani dan tidak akan memasukkan selundupan pasal. Itu sumpah jabatan
              kami. Karena itu merupakan tindak pidana apabila ada selundupan pasal," ucapnya.

              Meski ditepis oleh Azis, Kompas. com menemukan perubahan substansi dalaMKetiga draf yang
              beredar.

              DalaMKlaster ketenagakerjaan saja, misalnya, ada penambahan ayat atau pasal. Di antaranya
              pada Pasal 79, Pasal 88A, dan Pasal 154A ayat (1).

              Ada penambahan satu ayat dalam Pasal 79 yang mengatur soal pemberian ketentuan istirahat
              dan cuti oleh perusahaan tertentu diatur lewat peraturan pemerintah.

              Kemudian, ada penambahan tiga ayat dalam Pasal 88A soal hak pekerja/buruh saat terjadi PHK.

              Selanjutnya,  dalam  Pasal  154A  ayat  (1),  juga  ada  penambahan  ketentuan.  Ketentuan  itu
              mengatur tentang hak pekerja mengajukan PHK yang sebelumnya dihapus.

              Ketua Badan Legislasi DPR, Supratman Andi Agtas, menjelaskan perubahan tersebut merupakan
              penyelarasan keputusan saat RUU masih dibahas.

                                                           355
   351   352   353   354   355   356   357   358   359   360   361