Page 212 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 JUNI 2021
P. 212

Pps Kepala Kantor BP Jamsostek Cabang Jakarta Slipi Adie MS mengatakan pemerintah sudah
              menerbitkan aturan tentang penyelenggaraan program JKP bagi pekerja/buruh yang menjadi
              korban PHK.

              “Pemerintah  memberikan  jaminan  sosial  kepada  pekerja/buruh  yang  mengalami  PHK  dalam
              bentuk uang tunai, akses informasi pasar kerja, dan pelatihan kerja melalui program JKP yang
              diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan,” kata Adie MS.

              Ketentuan  itu  tertuang  dalam  Peraturan  Pemerintah  (PP)  Nomor  37  Tahun  2021  tentang
              Penyelenggaraan Program Jaminan Kehilangan Pekerjaan. Aturan ini merupakan turunan dari
              Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

              Adie menjelaskan bahwa manfaat JKP akan diberikan dalam tiga bentuk. Mulai dari uang tunai
              paling banyak enam bulan, yang diberikan setiap bulan. Uang tunai yang diberikan itu terbagi
              atas 45% dari upah untuk tiga bulan pertama dan 25% untuk tiga bulan berikutnya.

              Pekerja/buruh  harus  memastikan  agar  upah  yang  dilaporkan  ke  BP  Jamsostek  oleh
              pengusaha/pemberi  kerja  adalah  sesuai  dengan  kenyataan  yang  diterima.  Bila  upah  yang
              diterima tidak sesuai dengan yang sebenarnya, sehingga ada kekurangan pembayaran manfaat
              uang tunai, maka pengusaha wajib membayar kekurangan manfaat uang tunai tersebut.

              Peserta JKP juga mendapat manfaat dalam bentuk akses informasi pasar kerja berupa informasi
              dan  bimbingan  jabatan  oleh  petugas  antarkerja  melalui  sistem  informasi  ketenagakerjaan.
              “Informasi pasar kerja itu berupa lowongan, sedangkan bimbingan dalam bentuk asesmen atau
              konseling karir,” kata Adie MS.


              Manfaat lain, kata Adie MS, berupa pelatihan kerja. Manfaat ini diberikan secara online maupun
              offline melalui lembaga pelatihan kerja milik pemerintah, swasta, atau perusahaan yang sudah
              terverifikasi oleh sistem informasi ketenagakerjaan.

              Manfaat itu, kata Adie, bisa diambil bila peserta sudah menyelesaikan iuran paling sedikit 12
              bulan dalam 24 bulan di mana iuran 6 dibayar berturut-turut, sebelum terjadi PHK. “Manfaat JKP
              tak bisa diterima pekerja/buruh bila yang bersangkutan mengundurkan diri sendiri, cacat total
              tetap, pensiun, hingga meninggal dunia,” ujarnya.

              Peserta  yang  hendak  mengajukan  pencairan  manfaat,  kata  Adie,  harus  membawa  bukti
              diterimanya  PHK  oleh  pekerja/buruh,  tanda  terima  lapor  PHK  dari  dinas  ketenagakerjaan
              kabupaten/kota,  atau  perjanjian  bersama  yang  telah  didaftarkan  ke  pengadilan  hubungan
              industrial, akta bukti pendaftaran perjanjian bersama, hingga petikan putusan pengadilan.

              Sementara,  kepesertaan  para  pekerja/buruh  dalam  program  JKP  ini  terdiri  dari  yang  sudah
              diikutsertakan  maupun  yang  baru  didaftarkan.  “Syaratnya,  pekerja/buruh  merupakan  warga
              negara Indonesia (WNI), belum mencapai 54 tahun saat mendaftar, dan punya hubungan kerja
              dengan pengusaha,” kata Adie MS.

              Syarat  tambahannya,  pekerja/buruh  pada  usaha  besar  dan  menengah  juga  harus  mengikuti
              program JKN, JKK, JHT, JP, dan JKM dari BPJS Ketenagakerjaan. Sementara pekerja/buruh di
              usaha mikro dan kecil sekurang-kurangnya ikut program JKN, JKK, JHT, dan JKM.



                                                           211
   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217