Page 53 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 29 MARET 2021
P. 53

Ringkasan

              Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud bersama dengan Badan Nasional Sertifikasi
              Profesi (BNSP) telah menandatangani 149 skema sertifikasi nasional di lima bidang, meliputi
              permesinan, konstruksi, ekonomi kreatif, hospitality, care service. Penyiapan skema sertifikasi di
              level D-3 dan D-4 ini turut diapresiasi oleh industri, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker),
              dan Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat (Kemen-PUPR). Penyusunan skema
              sertifikasi di pendidikan tinggi vokasi secara kolektif menjadi sejarah yang baru pertama kali
              dilaksanakan sekaligus bukti pernikahan antara pendidikan vokasi dengan industri.



              PENDIDIKAN VOKASI HARUS JAMIN SERTIFIKASI KOMPETENSI YANG KREDIBEL

              JAKARTA - Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud bersama dengan Badan Nasional
              Sertifikasi Profesi (BNSP) telah menandatangani 149 skema sertifikasi nasional di lima bidang,
              meliputi  permesinan,  konstruksi,  ekonomi  kreatif,  hospitality,  care  service.  Penyiapan  skema
              sertifikasi di level D-3 dan D-4 ini turut diapresiasi oleh industri, Kementerian Ketenagakerjaan
              (Kemenaker),  dan  Kementerian  Pekerjaan  Umum  &  Perumahan  Rakyat  (Kemen-PUPR).
              Penyusunan skema sertifikasi di pendidikan tinggi vokasi secara kolektif menjadi sejarah yang
              baru  pertama  kali  dilaksanakan  sekaligus  bukti  pernikahan  antara  pendidikan  vokasi  dengan
              industri.

              Pada  diskusi  panel  bersama  Dirjen  Pendidikan  Vokasi  Wikan  Sakarinto,  Plt.  Direktur  Bina
              Standarisasi,  Kompetensi,  dan  Pelatihan  Kerja  Kemenaker,  Muchtar  Aziz  mengatakan,
              penandatanganan 149 skema sertifikasi ini adalah sebuah peristiwa bersejarah. Maka dari itu,
              momentum pengesahan skema sertifikasi ini dapat dijadikan sebagai pembuktian bahwa dengan
              kolaborasi  dari  berbagai  pihak,  meliputi  pendidikan  vokasi,  industri,  asosiasi  profesi,  dan
              kementerian  terkait  lainnya,  Indonesia  dapat  menciptakan  tenaga  kerja  yang  kompeten  dan
              berdaya saing.

              Dokumentasi:  Kemendikbud  "Pertama  saya  menyampaikan  apresiasi  kepada  Kemendikbud,
              terutama  Ditjen  Pendidikan  Vokasi  karena  saat  ini  saya  menyaksikan  momentum  dalam
              perjalanan  sejarah.  Jika  kita  mencoba  mengungkit  kembali  sejarah  masa  lalu,  langkah  ini
              sebenarnya merupakan obsesi yang sudah dirintis sejak zaman orde baru," ungkap Muchtar.

              Kemenaker menilai bahwa sertifikasi kompetensi merupakan sebuah pertaruhan kepercayaan.
              Keseriusan  LSP  P1  PTV  dalam  melaksanakan  sertifikasi  kompetensi  bagi  mahasiswa  akan
              menentukan kepercayaan industri. Ketika sebuah lembaga sertifikasi tidak bisa membuktikan
              bahwa  lembaga  tersebut  kredibel  dalam  melaksanakan  uji  kompetensi  dan  penilaian,  maka
              reputasinya pun menjadi buruk di mata industri.

              "Proses sertifikasi yang kredibel dilihat dari asesornya, dan juga proses sertifikasinya. Jangan
              sampai jika berasal dari lembaga sertifikasi internal prosesnya menjadi lebih mudah. Di sinilah
              peranan BNSP penting dalam melakukan pengawalan terhadap proses sertifikasi, termasuk dari
              jenis skema sertifikasinya," tutur Muchtar.

              Di sisi lain, Muchtar menyebut industri harus mau memberikan rekognisi terhadap pemegang
              sertifikat kompetensi. Sebab, selama ini masih banyak industri yang ketika merekrut tenaga kerja
              melihat dari sisi pendidikan formalnya saja. Bentuk rekognisi lain dari industri adalah membuka
              kesempatan pengembangan karier bagi lulusan vokasi yang memiliki sertifikat kompetensi.

              "Kami juga sedang melaksanakan kajian untuk meneliti kebutuhan kompetensi industri dalam
              konteks masa pandemi dan juga untuk menjawab kebutuhan masa depan. Sebab apabila kami
              bertanya ke industri, mereka mengatakan sulit mencari tenaga kerja yang kompetensinya sesuai


                                                           52
   48   49   50   51   52   53   54   55   56   57   58