Page 188 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 JUNI 2021
P. 188

PESANGON BELUM DIBAYAR SEJAK 2016, PILOT EKS MERPATI NUSANTARA KIRIM
              SURAT KE PRESIDEN
              Ketua Paguyuban Pilot Eks Merpati (PPEM) Anthony Ajawaila mengatakan hingga kini belum ada
              kepastian terkait pemenuhan hak-hak pegawai PT Merpati Nusantara Airlines (MNA).

              "Berawal dari adanya pemberitaan dari Kementerian BUMN pada Mei 2021 yang berencana akan
              menutup  beberapa  perusahaan  salah  satunya  PT  Merpati  Nusantara  Airlines  (MNA),"  kata
              Anthony dalam konferensi pers Pembacaan Surat Terbuka Eks Pilot Merpati, Rabu (23/6/2021).

              Untuk itu, Paguyuban Pilot Eks Merpati (PPEM) mengirimkan dan melakukan pembacaan surat
              terbuka kepada Presiden Republik Indonesia untuk mendapatkan tindak lanjut dari permasalahan
              ini.

              Anthony menerangkan kronologis penundaan hak-hak pegawai PT MNA, yakni pada 1 Februari
              2014, PT MNA berhenti beroperasi dan menyebabkan adanya penundaan hak-hak normatif dari
              1.233 pegawainya.

              Kemudian  pada  22  Februari  2016,  perusahaan  mengeluarkan  Surat  Pengakuan  Utang  (SPU)
              dengan  memberikan  sebagian  hak-hak  normatif  pegawai  sebesar  30  persen  dan  dijanjikan
              penyelesaiannya rampung pada Desember 2018.

              "Namun kenyataannya SPU yang dimaksud berubah menjadi Penundaan Kewajiban Penyelesaian
              Utang (PKPU) pada 14 November 2018, di pengadilan Negeri Surabaya dengan syarat PT MNA
              harus beroperasi untuk menyelesaikan hak-hak pegawainya," ujarnya.

              Dengan demikian hingga saat ini, hak pesangon para mantan pegawai PT MNA masih tertunda
              sejak tahun 2016.

              Begitupun  hak  pensiun  yang  tidak  ada  kepastian  karena  lembaga  Dana  Pensiun  Merpati
              Nusantara Airlines dibubarkan oleh Direktur Utama Merpati pada 22 Januari 2015.

              Menteri BUMN Erick Thohir mengkonfirmasi akan membubarkan tujuh perusahaan pelat merah
              yang sudah tidak beroperasi sejak 2008.

              Dalam  pembubaran  7  BUMN  ini,  Erick  Thohir  akan  meminta  persetujuan  PT  Perusahaan
              Pengelola Aset (PAA), apakah secara operasi akan disudahi atau justru dilakukan pemergeran.
              "Itu sudah dari 2008 mati suri. Kita sebagai pimpinan akan zolim kalau enggak ada kepastian,"
              kata dia di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (4/5/2021).

              Menurut dia, pembubaran ketujuh BUMN tersebut jadi peringatan bagi perusahaan milik negara
              lain untuk tak henti melakukan inovasi. Sebab bukan tak mungkin di masa mendatang akan ada
              pembubaran perusahaan BUMN-BUMN lainnya.

              "BUMN sekarang pun dengan perubahan pasca Covid-19 harus siap-siap bersaing, apalagi yang
              kalah bersaing. Yang masih hidup aja harus berubah. Bukan jadi salah dan benar, tapi pilihan,"
              serunya.


              Senada,  Wakil  Menteri  BUMN  II  Kartika  Wirjoatmodjo  mengatakan,  sebelum  melakukan
              pembubaran, pihaknya akan melakukan penilaian kepada 7 BUMN tersebut secara nilai aset,
              tenaga kerja, dan operasional perusahaan.

              Pria yang akrab disapa Tiko ini lantas menyebut beberapa perusahaan BUMN yang kelak akan
              dibubarkan, seperti PT Kertas Kraft Aceh (Persero), PT Industri Glas (Persero), dan PT Kertas
              Leces (Persero).


                                                           187
   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193