Page 63 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 JULI 2020
P. 63

terhadap karyawannya, dan juga melaporkan atau membuka informasi data karyawan yang
              terpapar Covid-19.

              "Penyakit ini bukan aib atau memalukan, adanya informasi yang valid, jujur kita sama-sama
              menanggulangi penyakit itu gitulah," ujar Andri.

              Mendorong  Dikatakan, Pemprov DKI Jakarta mendorong pimpinan atau penanggung jawab
              tempat  kerja  di  perkantoran  untuk  meningkatkan  pengawasan  internal  dalam  penerapan
              protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19 di perkantoran. Pengawasan internal
              dinilai lebih efektif untuk mengendalikan Covid-19 di perkantoran.

              "Jadi, kita minta kerja samanya untuk perkantoran agar segera mengefektifkan gugus tugas
              internal untuk bisa melakukan pengawasan secara ketat terhadap protokol kesehatan. Kalau
              tidak, akan sulit mencegah penuluran Covid-19 di perkantoran," ujarnya.

              Keberadaan Gugus Tugas internal ini sudah diamanatkan oleh Peraturan Gubernur DKI Nomor
              51 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar Masa Transisi Menuju
              Masyarakat Sehat, Aman dan Produktif. Dalam Pasal 13 ayat (2) huruf a Pergub 51 tersebut
              dinyatakan bahwa pimpinan dan/atau penanggung jawab tempat kerja yang menyelenggarakan
              aktivitas wajib membentuk tim penanganan Covid-19 di tempat kerja.

              Ketentuan ini diperkuat dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
              Energi  DKI  Nomor  1477  Tentang  Protokol  Pencegahan  dan  Pengendalian  Covid-19  di
              Perkantoran/Tempat Kerja Pada Masa Transisi Menuju Masyarakat Sehat, Aman dan Produktif.
              Pada butir pertama SK Disnaker tersebut, menyatakan pimpinan perusahaan membentuk Tim
              Gugus Tugas Covid-19 internal perusahaan yang terdiri dari pimpinan, bagian kepegawaian,
              bagian K3, dan petugas kesehatan.
              Menurut Andri, jumlah yang terpapar Covid-19 di perkantoran banyak karena lemahnya fungsi
              gugus  tugas  ini.  Padahal,  kata  dia,  protokol  kesehatan  sudah  ada  dan  disiapkan.  Namun,
              protokol kesehatan tersebut hanya menjadi formalitas karena tidak adanya pengawasan.

              "Sering  sekali  saya  menemukan  protokol  Covid-19  sudah  disiapkan,  tetapi  terkadang  tidak
              dijalankan. Kenapa? Itu dia, gugus tugasnya tidak berfungsi dengan baik sehingga akibatnya
              klaster di perkantoran terjadi," tandas dia.

              Selain minta kerja sama perkantoran untuk mengefektifkan gugus tugas internal, lanjut Andri,
              pihaknya tetap akan meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap pelaksanaan protokol
              kesehatan dan ketentuan PSBB transisi. Penerapan sanksi, kata dia, tetap dilakukan terhadap
              perusahaan-perusahaan yang bandel mulai dari sanksi teguran hingga penutupan sementara.

              Bahkan  dalam  Pergub  51,  disebutkan  sanksi  denda  sebesar  Rp  25  juta  jika  kantor  tidak
              membentuk gugus tugas dan menerapkan protokol kesehatan.

              "Kita  tetap  beri  peringatan  pertama,  kedua  lalu  penutupan  sementara.  Misalnya  melanggar
              ketentuan 50 persen kapasitas atau tidak menerapkan sistem shift kerja," tegas dia..














                                                           62
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68