Page 271 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 271

Diketahui,  rapat  ini  dihadiri  Menteri  Koordinator  Perekonomian  Airlangga  Hartarto,  Menteri
              Tenaga  Kerja  Ida  Fauziyah,  Menteri  Dalam  Negeri  Tito  Karnavian,  Menteri  Hukum  dan  HAM
              Yasonna Hamonangan Laoly, hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani.

              Sementara itu Ketua Baleg RI Supratman Andi Agtas mengatakan  RUU Cipta Kerja  merupakan
              RUU pertama, yang dibahas secara transparan.

              Menurut  dia,  seperti  dilansir  Antara,  setiap  pembahasannya  dilakukan  secara  terbuka  dan
              transparan  yang  disiarkan  melalui  TV  Parlemen  dan  Sosmed  sebagai  komitmen  terhadap
              reformasi parlemen.

              Di lain sisi, DPD RI berkomitmen mengawal Rancangan Undang-Undang Omnibus Law Cipta
              Kerja agar memajukan daerah sesuai dengan kesepakatan dalam Panja dengan mengakomodasi
              pengaturan  mengenai    post  legislative  scrutiny    sesuai  dengan  perubahan  Undang-Undang
              tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

              Oleh karena itu, DPD RI mengikuti rapat pembahasan tingkat pertama  RUU Cipta Kerja  secara
              tripartit bersama RI dan Pemerintah di kompleks DPD RI, Senayan, Jakarta.

              "Bukti  autentiknya  adalah  keikutsertaan  DPD  dalam  semua  tahapan  pembahasan  tingkat
              pertama,  mulai  dari  Panja,  Timus,  Timsin,  hingga  Pendapat  Mini  DPD  secara  bersama-sama
              dalam forum tripartit ( DPD, dan Pemerintah) yang sekaligus tonggak sejarah baru pembahasan
              sebuah RUU," kata Ketua Panitia Perancang Undang-Undang (PPUU) DPD RI Badikenita Putri Br.
              Sitepu di Jakarta, Minggu.

              Nita, yang mewakili DPD RI dalam rapat tersebut, berharap dengan pengesahan  RUU Cipta
              Kerja  dapat memberikan fleksibilitas bagi pemerintah pusat dalam mengambil kebijakan untuk
              mengikuti dinamika masyarakat dan global yang makin cepat, termasuk dalam menciptakan iklim
              investasi yang bersahabat, efektif, dan efisien.

              "Tentunya  tanpa  mendegradasi  kewenangan  daerah  dan  menjamin  tercapainya  daya  saing
              berkelanjutan di daerah, optimalisasi sumber daya daerah, dan menghasilkan  output  yang
              berkelanjutan bagi pembangunan daerah," ujar Nita.

              DPD RI mengapresiasi forum tripartit itu yang selama pembahasan RUU tidak meninggalkan
              berbagai  masukan  DPD  RI  terkait  dengan  kewenangan  daerah  sehingga  tetap  diakomodasi
              dalam  RUU Cipta Kerja  .

              Penerimaan  tersebut  mengukuhkan  prinsip  konstitusi  yang  menyatakan  bahwa  pemerintah
              provinsi  dan  kabupaten/kota  mengatur  dan  mengurus  sendiri  urusan  pemerintahan  menurut
              asas  otonomi  dan  tugas  pembantuan  yang  susunan  dan  tata  cara  penyelenggaraan
              pemerintahan daerah diatur dalam UU.

              Ia menegaskan bahwa semuanya dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
              pilihan  politik  desentralisasi  sehingga  penataan  urusan  di  daerah  tidak  sepenuhnya  oleh
              pemerintah pusat.

              DPD  menyakini  bahwa  perubahan  regulasi  kemudahan  berusaha  dalam    RUU  Cipta  Kerja
              menyinergikan dan mengintegrasikan pembangunan daerah dalam bingkai satu kesatuan antara
              pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

              Rapat tripartit itu, lanjut Nita, merupakan bentuk pelaksanaan putusan Mahkamah Konstitusi,
              dalam semua materi pembahasan RUU mulai dari Panja sampai dengan Timus dan Timsin.

              Keseluruhan  putusan  MK  menjadi  salah  satu  pedoman  pembahasan,  perdebatan,
              permusyawaratan, dan perubahan norma-normanya.

                                                           270
   266   267   268   269   270   271   272   273   274   275   276