Page 286 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 OKTOBER 2020
P. 286

positive - Supratman Andi Agtas (Ketua Baleg DPR) Pemerintah saya ingin tanya sekali lagi,
              apakah komposisi 19 kali plus 6 kali pemerintah tetap bertahan atau ingin mengubahnya?
              negative - Elen Setiadi (Staf Ahli Kemenko Perekonomian) Pandangan pemerintah tetap 19 plus
              6 JKP



              Ringkasan

              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menolak pengurangan  nilai pesangon  pemutusan
              hubungan kerja (PHK) dalam omnibus law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja. Dalam
              Undang-Undang  Nomor  13  Tahun  2003  tentang  Ketenagakerjaan,  pesangon  PHK  diatur
              maksimal hingga 32 kali upah.

              Sedangkan dalam  RUU Cipta Kerja  , penghitungan pesangon PHK diubah menjadi 19 kali upah
              ditambah 6 kali jaminan kehilangan pekerjaan (JKP), sehingga totalnya menjadi 25 kali upah.



              RUGIKAN BURUH, KSPI TOLAK SKEMA PENGURANGAN PESANGON PHK DI RUU
              CIPTA KERJA

              , JAKARTA -  Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menolak pengurangan  nilai pesangon
              pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam omnibus law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta
              Kerja. Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pesangon PHK
              diatur maksimal hingga 32 kali upah.

              Sedangkan dalam  RUU Cipta Kerja  , penghitungan pesangon PHK diubah menjadi 19 kali upah
              ditambah 6 kali jaminan kehilangan pekerjaan (JKP), sehingga totalnya menjadi 25 kali upah.

              "Buruh  menolak  pengurangan    nilai  pesangon    dari  32  bulan  upah  menjadi  25  bulan,"  kata
              Presiden  Said Iqbal  dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Sabtu (3/10/2020).

              Said  Iqbal  juga  mempertanyakan  sumber  dana  Badan  Penyelenggara  Jaminan  Sosial  (BPJS)
              Ketenagakerjaan dalam membayar upah buruh.
              Ia menilai skema pemberian pesangan oleh perusahaan dan pemerintah melalui JKP tidak masuk
              akal karena sumber dana yang tidak jelas.

              "Dari mana BPJS mendapat sumber dananya? Dengan kata lain,  nilai pesangon  berkurang
              walaupun dengan skema baru yaitu 23 bulan upah dibayar pengusaha dan 9 bulan dibayar BPJS
              Ketenagakerjaan tidak masuk akal," kata  Said Iqbal  .

              "Karena tanpa membayar iuran, tapi BPJS membayar pesangon buruh 9 bulan," ujar  Said Iqbal
              .

              Sebelumnya,  pemerintah  dan  DPR  menyepakati  pengurangan  pesangon  PHK  melalui  klaster
              ketenagakerjaan dalam  RUU Cipta Kerja  .

              Pemerintah yang diwakili Staf Ahli Kemenko Perekonomian Elen Setiadi dan Sekjen Kementerian
              Ketenagakerjaan Anwar Sanusi mengusulkan, penghitungan pesangon PHK diubah menjadi 19
              kali upah ditambah 6 kali jaminan kehilangan pekerjaan (JKP), sehingga totalnya menjadi 25 kali
              upah.

              "Dalam perkembangan dan memperhatikan kondisi saat ini, terutama dampak pandemi Covid-
              19,  maka  beban  tersebut  diperhitungkan  ulang."    "Penghitungannya  adalah  sebagai  berikut,

                                                           285
   281   282   283   284   285   286   287   288   289   290   291