Page 31 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 AGUSTUS 2020
P. 31

Setelah sembilan kali rapat pada 8-23 Juli 2020, forum tripartit yang terdiri dari perwakilan
              pekerja,  pengusaha,  dan  pemerintah  rampung  membahas  pasal-pasal  di  kluster
              ketenagakerjaan RUU Cipta Kerja. Namun, pengusaha dan buruh gagal menyepakati sejumlah
              pasal. Direktur Eksekutif Center for Reform on Economics Indonesia Mohammad Faisal, Minggu
              (2/8/2020), mengatakan, daripada mempercepat pembahasan RUU Cipta Kerja dengan dalih
              memulihkan     ekonomi     nasional   pascapandemi     Covid-19,    pemerintah    semestinya
              memprioritaskan penanganan Covid-19 dan menurunkan angka penularannya di dalam negeri.

              Sebab,  sejumlah  perusahaan  yang  berencana  merelokasi  pabrik  di  luar  China  tidak  hanya
              memperhatikan kemudahan berusaha yang ditandai dengan perizinan investasi yang sederhana
              dan daya tarik fleksibilitas tenaga kerja. Investor juga memperhatikan prospek penanggulangan
              Covid-19.

              Apalagi, mayoritas perusahaan yang berencana merelokasi pabrik bergerak di sektor manufaktur
              padat karya. Jika penanganan Covid-19 di suatu negara tidak maksimal, perusahaan akan ragu
              menanamkan  modal.  "Jadi,  ini  bukan  sema-ta-mata  masalah  upah  dan  pesangon  buruh
              Indonesia, melainkan juga penanganan aspek kesehatan," katanya

              Di sisi lain, Faisal menilai, keputusan investor merelokasi pabrik juga memerlukan proses yang
              cukup panjang. Memacu pembahasan RUU Cipta Kerja dalam beberapa bulan terakhir tidak
              menjamin investasi segera masuk ke Indonesia. Apalagi, pembahasan yang masih alot diwarnai
              resistensi publik.

              "Mau  diburu-buru  sekarang  pun  belum  tentu  bisa  menjamin  menarik  realokasi  dari  China,"
              ujarnya.

              Memaksakan pembahasan kluster ketenagakerjaan di tengah resistensi publik dikhawatirkan
              memecah fokus pemerintah dari upaya penanganan Covid-19. Padahal, penanganan Covid-19
              jauh lebih penting.

              Penolakan dari serikat pekerja ditunjukkan melalui sejumlah aksi unjuk rasa. Jika bersikukuh
              menuntaskan pembahasan RUU Cipta Kerja dalam waktu dekat, dampaknya akan lebih buruk
              bagi penanganan aspek kesehatan dan pemulihan ekonomi nasional.

              Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal, penanaman modal asing pada Januari-
              Juni  2020  sebesar  Rp  195,6  triliun,  merosot  dibandingkan  dengan  Januari-Juni  2019  yang
              sebesar Rp 212,8 triliun.

              Belum berhasil

              Ketua  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Nasional  Benny  Rusli  mengatakan,  pembahasan  forum
              tripartit dalam dua pekan terakhir belum berhasil meleburkan perbedaan sudut pandang buruh
              dan pengusaha. Sejumlah hal yang dinilai buruh mendegradasi hak dan kesejahteraan justru
              dipandang pengusaha memperbaiki iklim berusaha dan menarik investasi di tengah pandemi
              Covid-19.

              Pasal  yang  belum  disepakati  antara  lain  ketentuan  hak  pesangon  buruh  saat  pemutusan
              hubungan kerja (PHK) yang diatur dalam Pasal 161-172 Un-dang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
              tentang Ketenagakerjaan.

              Dalam draf awal RUU Cipta Kerja, beberapa pasal pesangon saat PHK dihapus.

              Menurut  Wakil  Ketua  Umum  Kamar  Dagang  dan  Industri  (Kadin)  Indonesia  Bidang
              Ketenagakerjaan Anton J Supit, pesangon pekerja di Indonesia termasuk yang tertinggi. Aspek
              itu yang sering membuat investor enggan menanamkan modal di Indonesia.


                                                           30
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36