Page 442 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 AGUSTUS 2020
P. 442

"Selain terdapat banyak persoalan yang kemudian ditolak oleh berbagai elemen masyarakat
              karena mendegradasi tingkat kesejahteraan, Omnibus Law didesain sebelum pandemi," kata
              Presiden KSPI Said Iqbal dalam keterangan tertulisnya, Rabu (29/7/2020).

              "Dengan demikian, Omnibus Law bukan solusi untuk mengatasi pandemi," lanjut dia.

              Said Iqbal menyuarakan dua tuntutan dalam aksi tersebut, yakni menolak  RUU Cipta Kerja  dan
              menghentikan pemutusan hubungan Kerja (PHK) akibat dari pandemi virus corona atau Covid-
              19.

              "Aksi ini merupakan reaksi terhadap sikap keras kepala dan tidak pedulinya  DPR  RI, khususnya
              Panja  Baleg  Pembahasan  RUU  Cipta  Kerja  dan  Kemenko  yang  ngotot    omnibus  law    tetap
              dibahas di saat pandemi corona," ujar dia.

              Ia menyesalkan sikap DPR yang masih terus melanjutkan pembahasan RUU Cipta Kerja.

              Menurut dia, seharusnya DPR fokus pada masalah lain yang lebih penting untuk nasib para
              pekerja, yakni terkait masalah PHK.


              "Saat ini yang lebih mendesak dari Omnibus Law adalah darurat PHK," ujar dia.
              Said mengatakan, khusus anggota KSPI di sektor tekstil dan garmen, pada masa pandemi Covid-
              19 ini sudah 96.000 orang yang dirumahkan. Bahkan, sebagian besar tidak mendapatkan upah
              penuh.

              Sementara itu, yang di PHK sudah mencapai 100.000 orang yang tersebar di 57 perusahaan.

              Ada juga yang masih dalam proses PHK dan saat ini sedang dalam perudingan dengan serikat
              pekerja terjadi di 15 perusahaan.

              Menurut Said, sikap DPR yang memprioritaskan pembahasan RUU Cipta Kerja juga menimbulkan
              kecurigaan.

              Ia menilai, DPR seperti sedang terburu-buru untuk memenuhi pesanan dari pihak tertentu.

              "Selain terdapat banyak persoalan yang kemudian ditolak oleh berbagai elemen masyarakat
              karena mendegradasi tingkat kesejahteraan, omnibus law didesain sebelum pandemi," ujar dia.

              "Dengan demikian, Omnibus Law bukan solusi untuk mengatasi pendemi," ucap dia.

              Said mengatakan, aksi tolak RUU Cipta Kerja dan stop PHK ini akan dilakukan setiap minggu di
              depan Kompleks Parlemen dan Kantor Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomoian.

              Selain itu, KSPI akan melakukan aksi di 20 provinsi secara bergelombang dan terus-menerus
              untuk menyuarakan isu yang sama.

              Aksi  tersebut,  kata  Said,  akan  terus  dilakukan  sampai  Badan  Legislasi  DPR  menghentikan
              pembahasan Omnibus Law RUU Cipta Kerja.

              Ia  juga  mengancam  akan  menggelar  aksi  yang  lebih  besar  jika  dua  tuntutan  KSPI  untuk
              menghentikan pembahasan RUU Cipta Kerja dan penghentian PHK di masa pandemi Covid-19
              tidak dipenuhi  "Jika dalam aksi ini tuntutan buruh agar Omnibus Law tidak didengar, KSPI
              memastikan  bersama-sama  dengan  elemen  buruh  yang  lain  akan  melakukan  aksi  besar-
              besaran," kata Said.

              Said  mengatakan,  aksi  besar-besaran  tersebut  akan  melibatkan  ratusan  buruh  dan  akan
              dilakukan saat DPR menggelar sidang paripurna 14 Agustus mendatang.

                                                           441
   437   438   439   440   441   442   443   444   445   446   447