Page 144 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 DESEMBER 2020
P. 144

BURUH DI KALSEL TUNGGU PROSES DI MK

              Kaum  buruh  Kalimantan  Selatan  (Kalsel)  mengancam  akan  kembali  melakukan  demonstrasi
              terkait UU Cipta Kerja atau Omnibus Law, jika hasil persidangan uji materi (judicial riview) di
              Mahkamah Konsitusi (MK) tidak sesuai harapan.

              Hal itu dibeberkan Ketua Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) Kalsel, Mesdi,
              saat ditanya perkembangan upaya penolakan UU Omnibus Law oleh kaum buruh di Kalsel.

              Mesdi  menyebut,  masing-masing  serikat buruh saat  ini  memang  tengah  menempuh  jalur  uji
              materi  di  MK,  termasuk  KSBSI  melalui  Dewan  Pengurus  Pusat  (DPP).  Hingga  kini,  pihaknya
              menunggu  hasil  persidangan  itu  terlebih  dahulu,  sebelum  menyusun  rencana  gerakan
              selanjutnya.

              "Saat ini belum ada gerakan, karena kami masih menunggu hasil persidangan uji materi oleh
              DPP KSBSI di MK. Sidangnya sudah dua kali digelar," bebernya melalui sambungan telepon,
              Selasa, (22/12) pagi.

              Menurut  Mesdi,  apabila  hasil  persidangan  tidak  sesuai  harapan,  maka  tidak  menutup
              kemungkinan pihaknya akan kembali menggerakan massa buruh untuk turun ke jalan.

              "Jika hasilnya kurang bagus atau tidak sesuai harapan, maka kami akan menuntut revisi ulang.
              Tidak  menutup  kemungkinan  kami  akan  kembali  menggerakan  massa  buruh  untuk  turun  ke
              jalan. Tentunya itu perlu dibicarakan terlebih dahulu di internal KSBSI Kalsel serta menunggu
              intruksi dari pusat," bebernya.

              Menurut  Mesdi,  kaum  buruh  di  Kalsel  menginginkan  Omnibus  Law  ini  dibatalkan.  Pihaknya
              menilai undang-undang sapu jagat ini bakal menyengsarakan kaum buruh, dan menguntungkan
              pihak perusahaan.
              Pasal yang disoroti pihaknya, antara lain pasal 88C ayat (1) yang menyebut gubernur wajib
              menetapkan upah minimum provinsi dan pasal 88C ayat (2) yang menyebut gubernur dapat
              menetapkan  upah  minimum  kabupaten/kota  dengan  syarat  tertentu.  Pasal  tersebut  dinilai
              berpotensi mengembalikan buruh kepada rezim upah murah.

              Selain itu, Undang-Undang terkait juga dinilai merugikan buruh dengan adanya ketentuan PKWT
              atau  Karyawan  Kontrak  Seumur  Hidup,  outsourcing  seumur  hidup,  dan  pengurangan  nilai
              pesangon.
              "Itu sedikit pasal-pasal yang bakal merugikan kaum buruh. Jadi, kami menegaskan, KSBSI Kalsel
              menolak  Omnibus  Law.  Cabut  Omnibus  Law  atau  paling  minimal  keluarkan  klaster
              ketenagakerjaan dari Undang-undang ini," pungkasnya.(*).





















                                                           143
   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149