Page 58 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 APRIL 2021
P. 58

Ringkasan

              Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah, mengakui adanya anak buah kapal (ABK)
              Indonesia,  khususnya  awak  kapal  perikanan  berbendera  asing,  terjebak  situasi  perbudakan
              modern di laut. "Dari waktu ke waktu, awak kapal Indonesia, khususnya awak kapal perikanan,
              seringkali mengalami berbagai masalah. Mereka terjebak situasi perbudakan modern di laut,"
              kata Ida dilansir dari Antara, Kamis (15/4/2021).



              MENAKER AKUI BANYAK ABK RI JADI KORBAN PERBUDAKAN DI KAPAL IKAN
              ASING

              JAKARTA,  - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah, mengakui adanya anak buah
              kapal  (ABK)  Indonesia,  khususnya  awak  kapal  perikanan  berbendera  asing,  terjebak  situasi
              perbudakan  modern di laut.

              "Dari  waktu  ke  waktu,  awak  kapal  Indonesia,  khususnya  awak  kapal  perikanan,  seringkali
              mengalami berbagai masalah. Mereka terjebak situasi perbudakan modern di laut," kata Ida
              dilansir dari Antara, Kamis (15/4/2021).

              Ida  mengungkapkan  masalah-masalah  yang  kerap  dihadapi  para  ABK  didominiasi  penipuan,
              penahanan gaji, kerja melebihi batas waktu, hingga kekerasan fisik dan seksual.

              Ia mengakui lantaran banyaknya kasus yang menimpa awak kapal Indonesia di kapal perikanan
              berbendera asing, perlu ada perbaikan tata kelola penempatan awak kapal.

              Upaya perbaikan pun, lanjut Ida, terus dilakukan pemerintah, termasuk melalui penyelesaian
              aturan turunan dari UU Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia
              (PPMI).

              Regulasi itu berupa peraturan pemerintah untuk penempatan dan perlindungan awak kapal niaga
              maupun perikanan yang bekerja di kapal berbendera asing.

              "Prosesnya  kita  tunggu,  (saat  ini  RPP  perlindungan  awak  kapal)  masih  diajukan  di  Setneg
              (Sekretariat Negara)," ujar dia.

              Ida  mengatakan  sejumlah  kasus  pelanggaran  HAM  terhadap  awak  kapal  Indonesia  banyak
              terjadi akibat proses atau tahapan awal di dalam negeri dalam keseluruhan rangkaian proses
              penempatan ABK.

              "Beberapa titik yang menimbulkan masalah adalah dalam proses pemberian izin bagi perusahaan
              yang akan menempatkan awak kapal, lalu proses rekrutmen, pendataan, proses pelatihan dan
              sertifikasi dan berikutnya proses pengawasan," kata dia.

              Menurut Ida, evaluasi dan pembenahan mutlak dilakukan pada tahapan-tahapan tersebut agar
              dampak masalah yang ditimbulkan saat ABK bekerja di atas kapal bisa ditekan secara signifikan.

              "Pembenahan ini perlu sinergi kementerian/lembaga guna mewujudkan tata kelola penempatan
              dan perlindungan awak kapal migran kita dengan lebih baik," pungkas Ida.
              Pada medio tahun 2020 lalu, terungkap kasus eksploitasi ABK Indonesia di kapal ikan China,
              Long Xing. Stasiun televisi Korea Selatan, MBC, melapokan keberadaan WNI dengan kondisi
              kerja yang memprihatinkan dan menyebutnya sebagai perbudakan di atas kapal.





                                                           57
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63