Page 83 - Contoh Resume Harian & Kliping
P. 83
Dalam UU NO 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), UU NO 8 Tahun 1995
tentang pasar modal, kerugian tentu kita tidak bisa memisahkan dengan hukum yang
mengatur investasi. Pasar itu selalu berubah, dalam hitungan jam saja pasar bisa berubah-
ubah. Untuk mengurai kasus pidana di pasar modal membutuhkan waktu, dan harus
diuraikan. Asetnya bagaimana, apakah asetnya didapat dari kejahatan semua itu
membutuhkan proses yang cukup panjang.
Kalau bicara UL, dalam pengetahuan Indra tentu dalam konteks kerugian, itu belum terjadi,
hanya ada faktor perhitungan maka dikatakan rugi. Sebenarnya siapa saja yang masuk ke
pasar tentu -nya sama, kalau modal negara yang berinvestasi dalam pasar modal rugi, tentu
itu dalam pasar modal itu adalah kerugian negara. Tapi negara juga ada untung. Ini ada
keseimbangan, kapan dia untung, kapan dia rugi. Kalau Negara tidak ingin rugi, negara tidak
usah berinvestasi di pasar modal, pasar bisa rugi dan bisa untung.
Kalau ingin melihat investasi dalam pasar modal, harus konsisten menggunakan perangkat
yang ada dalam industri pasar modal ini. Posisinya BPJS Ketenagakerjaan itu sebagai investor.
Kalau ditanya terjadi kerugian karena produknya palsu, atau produknya tergolong dari
penipuan hukum. "Tapi misalnya sahamnya lahir karena perbuatan melawan hukum, ada
mekanisme pengawasan, mekanisme transaksi, investor yang dirugikan," kata dia dalam
keterangannya, Kamis (4/3).
Sebelumnya pakar Keuangan dan Investasi IPMI Internasional Bisnis School, Roy Sembel
membandingkan kasus yang menimpa BPJS Ketenagakerjaan dengan Jiwasraya. Kalau kasus
Jiwasraya mulainya lebih dari 1 dekade lalu, karena pengelolaannya dengan data statistik
yang ada. Kasus Jiwasraya itu ditengarai melibatkan pemilihan menajer investasi dengan
proses kurang dan saham yang goreng-gorengan. Sementara hasil investasi BPJS
Ketenagakerjaan masih positif. Perbedaannya Jiwasraya memang sudah rugi, kalau BP
Jamsostek masih untung. Pemilihan Manajjer Investasi (MI), BPJS Ketenagakerjaan ketat,
Jiwasraya longgar, karena itu Jiwasraya sedang terdesak.
Tapi selama itu belum dijual kembali, itu baru di atas kertas (belum terealisasi), dan kebetulan
memang dibuktikan bahwa ketika naik, maka UL di BPJS Ketenagakerjaan juga menurun. UL
ini dianggap wajar, karena kalau dilihat dari strategi investasinya, aset alokasinya dan taktical
alokasinya itu mencerminkan tidak ada hal-hal aneh, kalau ada UL itu artinya bergejolak.
Investasi itu ada potensinya, tapi ada risikonya juga.
83