Page 151 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 151

Warga  masyarakat  harus  dapat  menyaring  dan  melakukan  kroscek  terlebih  dahulu  terhadap
              informasi  yang  beredar  sehingga  informasi  yang  masuk  ke  dalam  pikiran  kita  tidak  mudah
              terhasut dengan informasi yang bohong atau hoax.

              Saat inu fenomena hoax ini masih banyak sekali terjadi di masyarakat.

              Masyarakat harus cerdas dan selektif dalam menerima informasi dari media.

              Itu penting dilakukan sebab banyak sekali oknum yang tidak bertanggung jawab yang memiliki
              kepentingan  tertentu  memanfaatkan  media  untuk  menyebarkan  berita  bohong  sehingga
              mengakibatkan banyak persepsi miring di pikiran masyarakat serta membuat kegaduhan.

              Tidak dipungkiri bahwa akibat dari pemberitaan ini sudah membuat kegaduhan yang begitu luas
              di masyarakat Indonesia.

              Apabila Undang-Undang Cipta Kerja tersebut banyak yang tidak setuju masih ada langkah hukum
              yaitu  bisa  Judicial  Review  ke  Mahkamah  Konstitusi  dan  Presiden  sendiri  bisa  mengeluarkan
              Perpu.

              Namun, kadang menarasikan seolah UU Ciptaker adalah kiamat bagi para pekerja dan tujuan
              mereka yang gemar gaduh berharap agar orang orang yang tidak paham tentang UU Ciptaker
              dapat bersimpati sehingga dalam berpolitik.

              Penolakan organisasi buruh terhadap Omnibus Law sejatinya tidak mewakili buruh, sama seperti
              anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang sejatinya jarang sekali mewakili rakyat.

              Memang ada sebagian anggota DPR yang cukup berkualitas, tapi mereka menjadi minoritas.

              Begitu  juga  dengan  organisasi  buruh  yang  kebanyakannya  bukan  buruh,  bahkan  rumahnya
              mewah dan kendaraannya premium.

              Tapi bagaimanapun, beginilah negara demokrasi.

              Terkait omnibus law, belakangan ini beredar 12 poin yang dianggap menyengsarakan rakyat.
              Namun semuanya adalah hoax belaka. Begini penjelasannya poin hoax dan penjelasannya.

              Uang  pesangon  dihilangkan  Uang  pesangon  tetap  ada.  Dan  ini  tertuang  dalam  BAB  IV:
              ketenagakerjaan, pasal 89 tetnang perubahan terhadap pasal 156 ayat 1 UU 13 tahun 2003.
              Bunyinya,  dalam  hal  terjadi  pemutusan  hubungan  kerja,  pengusaha  wajib  membayar  uang
              pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja.

              UMP, UMK, UMSP dihapus Upah Minimum Regional (UMR) tetap ada. Dibahas dalam BAB IV:
              KETENAGAKERJAAN, Pasal 89 Tentang perubahan terhadap Pasal 88C UU 13 Tahun 2003: (Ayat
              1) Gubernur menetapkan upah minimum sebagai jaring pengaman.

              (Ayat  2)  Upah  minimum  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  merupakan  upah  minimum
              provinsi.

              Upah buruh dihitung per jam Tidak ada perubahan dengan sistem yang sekarang. Upah bisa
              dihitung berdasarkan waktu atau berdasarkan hasil. Sesuai BAB IV: KETENAGAKERJAAN, Pasal
              89 Tentang perubahan terhadap Pasal 88B UU 13 Tahun 2003: Upah ditetapkan berdasarkan:
              a. satuan waktu; dan/atau b. satuan hasil.

              Semua hak cuti (cuti sakit, cuti kawinan, cuti khitanan, cuti baptis, cuti kematian, cuti melahirkan)
              hilang dan tidak ada kompensasi Hak cuti tetap ada. Dalam BAB IV: KETENAGAKERJAAN, Pasal
              89,  Tentang  perubahan  terhadap  Pasal  79  UU  13  Tahun  2003:  (Ayat  1)  Pengusaha  wajib
              memberi: a. waktu istirahat; dan b. cuti.

                                                           150
   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156