Page 518 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 518

LEGISLATOR: IRONIS, NASKAH RUU CIPTAKER TAK DIBAGIKAN

              Anggota    DPR  RI    dari  Fraksi  Partai  Demokrat  Didi  Irawadi  mengungkapkan,  kejadian  yang
              dinilainya membuat Rapat Paripurna pengesahan RUU Cipta Kerja (Ciptaker) pada Senin (5/10)
              lalu cacat prosedur. Dia menyebut, naskah  RUU Cipta Kerja  tak dibagikan secara fisik maupun
              virtual pada para anggota.

              "Sudah tiga periode saya jadi anggota DPR RI, baru kali ini saya punya pengalaman yang tidak
              terduga.  Pimpinan  DPR  telah  mengesahkan  RUU  yang  sesat  dan  cacat  prosedur,"  ujar  Didi
              melalui pernyataannya saat dikonfirmasi pada Kamis (8/10).

              "Tidak  ada  selembar  pun  naskah  RUU  terkait  Ciptaker  yang  dibagikan  saat  rapat  paripurna
              tanggal 5 Oktober 2020 tersebut," kata Politikus Demokrat itu menambahkan.

              Menurut Didi, seharusnya sebelum palu keputusan diketok, naskah  RUU Ciptaker  sudah bisa
              dilihat dan dibaca oleh seluruh anggota dewan. Mereka yang hadir secara fisik maupun virtual
              harus mendapatkan naskah resmi yang diketok.

              "Sebagai perbandingan, jangankan RUU Ciptaker yang sangat penting ini. Bahan-bahan untuk
              rapat tingkat komisi & badan saja kami bisa mendapatkannya beberapa hari sebelumnya,"
              kata dia.

              Dia pun mempertanyakan, mengapa justru naskah RUU Omnibus Law Ciptaker yang berdampak
              luas pada kehidupan kaum buruh, UMKM, lingkungan hidup dan lain-lain tidak tampak naskah
              sama sekali. "Sungguh ironis RUU Ciptaker yang begitu sangat penting. Tidak selembar pun ada
              di meja kami," katanya.

              Didi juga mengkritik sikap pimpinan sidang yang tak lain adalah pimpinan DPR. Mestinya, kata
              dia, pimpinan DPR memastikan dulu bahwa naskah RUU itu sudah ada di tangan seluruh anggota
              DPR, baik secara fisik maupun virtual.

              Dia mengingatkan, dalam forum rapat tertinggi paripurna, setiap anggota dewan hadir mewakili
              daerah  pemilihannya,  mewakili  suara  yang  memilihnya.  Sehingga,  mereka  harus  tahu  betul
              undang-undang yang bakal berpengaruh untuk rakyat.

              Di samping itu, Didi juga mengungkapkan kejanggalan lain terkait rapat paripurna. Hal janggal
              yang dimaksud, yakni undangan rapat diberitahu hanya beberapa jam sebelum paripurna.

              "Inilah undangan rapat yang telah memecahkan rekor undangan secepat kilat. Ada apa gerangan
              ini? Sungguh tidak etis untuk sebuah RUU sepenting dan krusial ini," kata dia.

              Padahal, awalnya sudah dijadwalkan sebelumnya bahwa Pengesahan RUU Cipta Kerja dilakukan
              pada  tanggal  8  Oktober  2020  mendatang.  Namun,  tiba-tiba  menjadi  5  Oktober,  yang
              menurutnya, tanpa informasi yang cukup dan memadai. "Rapat itu menjadi rapat yang dadakan,
              tergesa-gesa dan dipaksakan," ujarnya.

              Didi  pun  menambahkan,  alasan  pimpinan  DPR  mempercepat  paripurna  menjadi  5  Oktober
              karena adanya sejumlah anggota dewan yang terpapar Covid-19 tak masuk akal. Mestinya, kata
              dia,  pembahasan  RUU  sepenting  RUU  Ciptaker  harus  ditunda  dahulu  menunggu  keadaan
              kondusif..









                                                           517
   513   514   515   516   517   518   519   520   521   522   523