Page 58 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 JANUARI 2021
P. 58

mengantisipasi bonus demografi ini dengan peningkatkan lapangan kerja," kata pakar hukum
              pembangunan ekonomi UKI Dhaniswara K Harjono kepada wartawan, Sabtu (2/1).


              TAHUN 2021 JADI MOMENTUM PERSIAPAN HADAPI PUNCAK BONUS DEMOGRAFI

              Indonesia  diperkirakan  mengalami  puncak  bonus  demografi  2040.  Menjelang  20  tahun  itu,
              Indonesia perlu mempersiapkan diri dengan kehadiran banyaknya lapangan kerja. Pasalnya pada
              puncaknya itu, usia produktif di Indonesia bakal berlimpah.
              "Kita akan dihadapkan pada persoalan masa depan. Antara lain, bonus demografi pada 2030
              dan puncaknya pada 2040. Artinya jumlah usia produktif komposisinya akan jauh lebih besar.
              Kita perlu solusi untuk mengantisipasi bonus demografi ini dengan peningkatkan lapangan kerja,"
              kata pakar hukum pembangunan ekonomi UKI Dhaniswara K Harjono kepada wartawan, Sabtu
              (2/1).

              Dhaniswara yang juga rektor UKI tersebut mengatakan, ketersediaan lapangan kerja yang begitu
              banyak  berawal  dari  kemudahan  dalam  investasi.  Jika  perizinan  usaha  untuk  berinvestasi
              diberikan pemerintah, maka modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar. Anggaran modal untuk
              investasi bisa dieksplor lebih luas lagi. "Tentunya tenaga kerja dibutuhkan cukup banyak pula,"
              ujar Dhaniswara.

              Dia berpendapat bahwa Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) menjadi momentum untuk
              pertumbuhan bisnis dan investasi di Tanah Air. Sebab, UU Cipta Kerja yang terdiri atas 116 pasal
              itu mampu merevisi 77 UU sebelumnya yang ternyata isinya saling tumpang tindih.

              UU Cipta Kerja juga menyentuh masalah perizinan dan penanaman modal. Implementasi dari
              UU itu sebagai upaya meningkatkan investasi yang akan membuka lapangan kerja lebih luas.
              "Salah satu sisi positif UU Cipta Kerja, kalau kita bikin perusahaan mudah. Nggak perlu banyak
              modal. Kalau dulunya minimal Rp 50 juta, sekarang nggak ada," ujarnya.

              Berdasar survei BPS, pada 2030 nanti setidaknya terdapat tambahan 52 juta penduduk usia
              produktif  yang  membutuhkan  lapangan  pekerjaan.  Sementara  saat  ini  Indonesia  masih
              dihadapkan pada persoalan regulasi yang menghambat penyediaan lapangan kerja dalam jumlah
              besar.

              Mengutip salah satu data, sebut dia, saat ini ada 44 ribu aturan yang menghambat iklim investasi
              maupun dunia usaha . Reuglasi itu mulai dari perpres, perppu, PP, perda, pergub dan lainnya.
              Hal  itu  sangat  menghambat  orang  yang  ingin  berusaha  atau  membuka  lapangan  kerja  di
              Indonesia.

              Di  sisi  lain,  bonus  demografi  seperti  pedang  bermata  dua.  Bila  tidak  dipersiapkan  lapangan
              pekerjaan, justru akan berdampak buruk di masa depan. "Bonus demografi ini kalau tidak hati-
              hati ini akan membawa malapetaka. Usia-usia produktif ini harus kita siapkan dengan baik,"
              tambahnya.

              Dhaniswara menyebut, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang belum terselesaikan,
              yaitu kesenjangan sosial. Mengutip dari kajian TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
              Kemiskinan), Indonesia masih berada di urutan keempat di dunia tentang kesenjangan sosial.
              "Kita masih di bawah Rusia, India, dan Thailand," ungkapnya.
              Sebelumnya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, peningkatan iklim bisnis dan
              investasi  Indonesia  adalah  suatu  keharusan  untuk  mendorong  pemulihan  ekonomi  nasional.
              Untuk  itu,  diperlukan  koordinasi  dan  sinergi  yang  kuat  antara  Pemerintah  dengan  seluruh

                                                           57
   53   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63