Page 351 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 AGUSTUS 2020
P. 351
"Hak mereka belum terpenuhi. Nominalnya bervariatif. Artinya, pihak perusahaan agensi telah
melakukan wanprestasi. Karena perusahaan di Taiwan sudah membayarkan gajinya via agensi,"
kata Benny.
Benny mengatakan, para ABK bekerja di laut Taiwan dalam kurun waktu berbeda mulai 2017
hingga 2020. Gaji mereka ditunggak pihak agensi, PT Gafa Samudra Abadi dengan nominal yang
berbeda masing-masingnya.
"Ada yang sampai Rp 136 juta haknya belum dibayar," ucap Benny.
Ke-15 ABK ini terpaksa bertahan di rumah mewah milik bos agensi berinisial SH alias Alex agar
tetap bisa berkomunikasi dengan perusahaan dan menuntut haknya. Saat ditemukan dalam
proses penggerebekan pada Rabu lalu, mereka ditemukan dalam keadaan kelaparan.
Kisah pilu tersebut salah satunya dirasakan Arifin Sastranegara. ABK asal Makassar ini mengaku
telah bertahan di rumah tersebut sejak 1 tahun lalu. Dia mengaku diperlakukan tidak manusiawi
di sana. 15 orang ABK hanya diberi uang Rp 120 ribu dalam seminggu untuk makan.
"Bisa dibayangkan dengan uang segitu kita makan apa," ucap Arifin.
Untuk bisa tetap bertahan hidup, mereka terpaksa kasbon ke warung-warung di sekitar lokasi
rumah sembari terus menuntut haknya. Selama setahun di lokasi, total utang mereka ke warung
bahkan mencapai Rp 17 juta.
"Kondisi di rumah ini pun memprihatinkan. Bagaimana air tidak ada. Makan dan minum mereka
berutang," ucap Benny.
Ke-15 ABK ini akhirnya diboyong BP2MI ke rumah aman di Kantor UPT BP2MI Bandung. Benny
mengungkapkan, BP2MI berkomitmen memperjuangkan hak-hak para ABK. Selain itu, kata
Benny, pihaknya juga mendorong pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini. Termasuk
menangkap Alex sang bos perusahaan.
"Kami tentu berikan kepercayaan penuh terkait penyelidikan kewenangan polisi. Tenth dengan
harapan agar kasus yang jelas-jelas ini merupakan kejahatan jadi fokus konsen polisi," tutup
Benny. (mud/mud)
350