Page 209 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 NOVEMBER 2020
P. 209

penjualan ritel lesu sedang lesu, tercermin di Indeks Penjualan Riil (IPR) yang negatif 8,7% pada
              September  2020  dibandingkan  periode  yang  sama  tahun  sebelumnya  (year-on-year/YoY).
              Namun jika dibandingkan Agustus 2020 yang -9,2% YoY membaik meski masih negatif.

              Penjualan  ritel  telah  mencatatkan  pertumbuhan  negatif  selama  10  bulan  beruntun,  sejak
              Desember 2019. Selama 10 bulan tersebut, rata-rata pertumbuhan penjualan ritel adalah -9.08%
              per bulan.

              Selama kuartal III-2020, penjualan ritel tumbuh  -10,1% YoY. Membaik dibandingkan kuartal
              sebelumnya yang -18,2%, tetapi lagi-lagi masih minus.

              Kabar  kurang  sedap  belum  berhenti  sampai  di  situ.  BI  memperkirakan  penjualan  ritel  pada
              Oktober 2020 masih tumbuh negatif, bahkan lebih parah dibandingkan bulan sebelumnya yaitu
              -10%  YoY.  "Sejumlah  komoditas  seperti  kelompok  makanan,  minuman,  dan  tembakau  serta
              barang budaya dan rekreasi diperkirakan mengalami penurunan penjualan," sebut keterangan
              tertulis BI yang dikutip CNBC Indonesia, Kamis (12/11/2020).


              Dalam tiga bulan mendatang (Desember 2020), dunia usaha memperkirakan penjualan ritel naik
              yang digambarkan dengan Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) sebesar 157,2. Namun penjualan
              dalam enam bulan ke depan (Maret 2021) diperkirakan turun dengan IEP 159,4.

              Data terbaru ini memberi gambaran suramnya industri ritel Tanah Air. Bukan hanya di Indonesia,
              situasi serupa juga terjadi di banyak negara.

              Mengutip data Statista, nilai penjualan ritel di seluruh dunia pada 2020 diperkirakan US$ 23,36
              triliun. Turun 5,73% dibandingkan tahun sebelumnya.

              Biang keroknya apa ya bisa lesu begini? Lihat di halaman selanjutnya.

              Penyebabnya apa lagi kalau bukan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
              Pandemi virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China
              ini membuat dunia berantakan.

              Virus corona menyebar dengan kecepatan dan cakupan yang luar biasa. Bermula dari sebuah
              kota di Negeri Panda, virus ini sudah 'membobol' lebih dari 200 negara dan teritori di seluruh
              dunia.

              Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat jumlah pasien positif corona di seluruh negara per
              10 November 2020 adalah 50.676.072 orang. Bertambah 427.551 orang (0,85%) dibandingkan
              hari sebelumnya.

              Dalam  14  hari  terakhir  (28  Oktober-10  November  2020),  rata-rata  pasien  baru  bertambah
              514.745 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 406.421 orang per
              hari.

              Akibatnya,  dunia  masih  belum  bisa  normal.  Kebijakan  pembatasan  sosial  (social  distancing)
              masih jadi andalan untuk meredam penyebaran virus corona.

              Dengan pembatasan sosial, miliaran warga dunia diminta sebisa mungkin #dirumahaja. Bekerja,
              belajar,  dan  beribadah  di  rumah.  Jangan  keluar  rumah  kecuali  untuk  urusan  yang  maha
              mendesak.
                                                           208
   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214