Page 277 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 MEI 2021
P. 277
Dinamika Lebaran sendiri di Indonesia membutuhkan modal ekonomi yang tidak sedikit.
Pemberian THR tentu bagai oase di gurun tandus. Tidak banyak yang tahu tentang siapa
pencetus ide THR, dan sejak kapan digulirkan. Beberapa sumber mencatat bahwa kebijakan
THR muncul pertama kali pada pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Tokoh yang paling berjasa adalah Soekiman Wirjosandjojo. Soekiman menjabat Perdana Menteri
saat itu. Kabinet Soekiman yang dilantik pada tahun 1951 memiliki program meningkatkan
kesejahteraan pamong pradja yang kini dikenal pegawai negeri sipil (PNS).
Kebijakan tunjangan dari Kabinet Soekiman akhirnya menjadi titik awal bagi pemerintah untuk
mengatur THR. Pemerintah secara resmi mengatur perihal THR secara khusus pada tahun
1994. Peraturan tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 04/1994
tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan bagi Pekerja di Perusahaan.
Pengusaha wajib memberikan THR kepada para pekerja yang telah bekerja selama tiga bulan
secara terus-menerus ataupun lebih. Besaran THR yang diterima sesuai dengan masa kerja.
Pekerja yang telah mempunyai masa kerja 12 bulan secara terus-menerus atau lebih menerima
sebesar satu bulan gaji.
Sementara itu, pekerja yang mempunyai masa kerja tiga bulan secara terus-menerus, tetapi
kurang dari 12 bulan diberikan secara proporsional dengan masa kerjanya, dengan perhitungan
masa kerja/12 x1 (satu) bulan gaji.
Pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) merevisi peraturan mengenai
THR tersebut pada tahun 2016. Revisi tertuang dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
(Permenaker) No. 6/2016.
Peraturan terbaru menyebutkan bahwa pekerja yang memiliki masa kerja minimal satu bulan
sudah berhak mendapatkan THR. Selain itu, kewajiban pengusaha untuk memberi THR tidak
hanya diperuntukkan bagi karyawan tetap, melainkan juga untuk pegawai kontrak, termasuk
yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) maupun perjanjian
kerja waktu tertentu (PKWT).
Petikan hikmah Pemberian THR tentu memberikan kemanfaatan dan hikmah dari berbagai
aspek. Hikmah ini penting sebagai refleksi agar THR mendapat nilai keberkahan dari Tuhan
Yang Maha Kuasa serta mendapatkan manfaat yang nyata dan berkelanjutan.
Pertama, adalah hikmah spiritual.
THR diberikan menjelang Lebaran atau perayaan Idulfitri. Pemberian THR tentu sangat berarti
bagi kaum muslim guna menyempurnakan persiapan merayakan kemenangan.
THR dapat digunakan penerima untuk kembali disedekahkan, membayar zakat, belanja
kebutuhan, mudik, dan lainnya. Semua ini menjadi pelengkap ibadah Ramadan dan
menyongsong kemenangan Idulfitri. Tetapi penting diterapkan kepada penerima yang muslim
jangan sampai efek pemberian THR adalah kontra produktif atau merusak ibadah. Misalnya
digunakan berfoya-foya, melalaikan ibadah, dan lainnya.
Kedua, adalah hikmah sosial. Pemberian THR dapat menguatkan ikatan sosial di dunia kerja.
Antara atasan dan bawahan akan terikat lebih kuat pascapemberian THR. Meskipun ini sudah
menjadi kewajiban perusahaan atau lembaga, namun penerima umumnya tetap memberikan
apresiasi personal terhadap atasannya. Apalagi jika THR yang diberikan melebihi rata-rata yang
seharusnya diberikan.
Hal yang patut dihindari adalah jangan sampai pemberian THR ini menimbulkan kecemburuan
sosial. Kecemburuan akan muncul dari pihak-pihak yang tidak mendapatkan THR. Penerima
276