Page 6 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JUNI 2021
P. 6
Ringkasan
Endik Sopandi (44), seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kampung Gamlok, RT 06/07,
Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), harus merasakan perihnya
hidup di Malaysia. Pasalnya, sejak beberapa bulan yang lalu, dia harus menahan rasa sakit yang
diderita hingga akhirnya menyerah.
KISAH SEDIH TKI ASAL BANDUNG DI MALAYSIA, MUNTAH DARAH SETIAP HARI,
KINI MINTA TOLONG DIPULANGKAN
Endik Sopandi (44), seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) asal Kampung Gamlok, RT 06/07,
Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), harus merasakan perihnya
hidup di Malaysia.
Pasalnya, sejak beberapa bulan yang lalu, dia harus menahan rasa sakit yang diderita hingga
akhirnya menyerah. Dia meminta bantuan untuk dipulangkan karena tidak memiliki biaya untuk
pulang ke Indonesia.
Endik meminta pertolongan agar bisa dipulangkan dari Negeri Jiran itu lantaran sakit-sakitan.
Dia juga tak punya uang untuk bertahan hidup di perantauan setelah tak mampu bekerja lagi.
"Saya enggak bisa kerja karena muntah darah setiap hari. Ke pengurus aparat pemerintah saya
minta tolong untuk dipulangkan. Saya enggak punya biaya, enggak punya dokumen, hanya KK
dan KTP," ujarnya melalui sebuah rekaman video berdurasi 12 menit yang diterima Tribun,
Selasa (15/6/2021).
Dalam video tersebut, Endik menyebut dia bekerja sebagai TKI di Malaysia sejak 2015. Tetapi
sejak beberapa bulan yang lalu tak bisa lagi bekerja karena kondisi kesehatannya menurun.
Pahitnya hidup Endik di Malaysia itu bermula saat dia berangkat melalui sebuah agen dengan
membayar uang sebesar 3.800 ringgit atau sekitar Rp 12 juta. Dia kemudian bekerja di daerah
Langkawi sebagai sopir di pencucian kendaraan. Di tempat kerja yang pertama itu, Endik hanya
bertahan selama 1,5 tahun. Dia langsung melarikan diri ke daerah Lengkawi karena tidak betah
akibat pekerjaan itu tidak sesuai dengan harapan.
"Bekerja hanya dikasih makan sehari sekali. Itu juga hanya mi, bukan nasi," kata Endik.
Saat melarikan diri itulah, Endik yang tidak memiliki arah dan tujuan hingga akhirnya bertemu
dengan seseorang yang mengarahkan untuk pergi ke daerah Johor Baru yang tak lain merupakan
lokasi keberadaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Sesampainya di sana, Endik pun
hanya berdiam diri karena tidak berani melapor soal kondisinya yang sudah tidak memiliki tujuan.
"Saya tapi enggak berani karena takut. Akhirnya saya nginap semalam di situ," ucapnya.
Setelah itu, dia bertemu orang Indonesia, tepatnya orang Jawa yang bekerja di sebuah
perkebunan kelapa sawit Pahang. Dia akhirnya diajak dan ikut bekerja di perkebunan tersebut.
Di tempat kerjanya yang kedua itu, Endik bertahan selama 4,5 tahun meskipun dengan
pekerjaan yang berat dan mendapat upah yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
makannya sehari-hari.
Pekerjaannya yang berat itu menimbulkan dampak buruk pada kesehatannya. Endik mengalami
urat kejepit hingga memaksanya cuti bekerja selama kurang lebih enam bulan.
5