Page 76 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 AGUSTUS 2021
P. 76

kemampuan  ekonomi  pekerja/buruh,  serta  membantu  pengusaha  mempertahankan
              kelangsungan  usahanya  selama  masa  pandemi  Covid-19,  khususnya  di  masa  Pemberlakuan
              Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

              Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi, saat
              menyampaikan Pidato Kunci dalam webinar “Bantuan Subsidi Upah di Masa Pandemi Covid-19:
              Pembelajaran dan Sosialisasi” yang diselenggarakan oleh TNP2K pada, Kamis (18/8/2021).

              Menurutnya,  berdasarkan  data  Kementerian  Ketenagakerjaan  yang  dihimpun  dari  berbagai
              provinsi di wilayah Jawa dan Bali, dari total pekerja pada kategori sektor kritikal, esensial, dan
              nonesensial, sebanyak 24,66 persen pekerja atau buruh berpotensi ter-PHK dan 23,72 persen
              berpotensi dirumahkan.

              “Jadi dari fakta tersebut tentunya pemerintah perlu melakukan intervensi agar potensi-potensi
              negatif ini bisa kita hindari, minimal bisa kita kurangi, baik melalui bantuan pemerintah ataupun
              bantuan-bantuan  sosial  lainnya.  Agar  perusahaan  dan  pekerja/buruh  tetap  dapat  melakukan
              proses produksi,” kata Sekjen Anwar.

              Dalam  memitigasi  dampak  permberlakuan  kebijakan  PPKM  akibat  pandemi  Covid-19,
              pelaksanaan BSU pada 2021 memiliki sejumlah perbedaan dengan BSU 2020. Pertama, dari sisi
              cakupan.  Di  mana  pada  2020  BSU  menyasar  seluruh  wilayah  di  Indonesia  yang  terdampak
              pandemi. Sedangkan BSU 2021 hanya menyasar wilayah dengan PPKM level 3 dan level 4 (sesuai
              Inmendagri Nomor 22 Tahun 2021 dan Inmendagri Nomor 23 Tahun 2021).

              Kedua, Batasan upah/gaji penerima BSU. Pada 2020, upah/gaji maksimal penerima BSU adalah
              Rp5 juta. Sedangkan pada 2021, upah/gaji maksimal adalah Rp3,5 juta, atau sesuai UMK/UMP
              dengan dibulatkan ke atas hingga ratus ribuan bagi wilayah yang UMP/UMK-nya di atas Rp3,5
              juta.

              “Tentunya kita sangat berharap apa yang menjadi tujuan BSU ini akan memberikan bantalan
              sosial, utamanya bagi pekerja yang terdampak kebijakan PPKM ini,” ucapnya.

              Selain itu, kata Sekjen Anwar, pihaknya juga berupaya agar penyaluran BSU tahun ini lebih tepat
              sasaran. Salah satunya dengan menerapkan prinsip clear and clean, yakni clear dari sisi regulasi
              dan clean dari sisi data. Tujuannya adalah pelaksanaan BSU tidak bertabrakan dengan regulasi
              lain, serta tidak terjadi duplikasi data.

              “Sehingga BSU jangan sampai menjadikan duplikasi penerima. Oleh karena itu, penerima BSU
              tidak akan menerima program Kartu Prakerja, tidak akan menerima Program Keluarga Harapan
              (PKH), dan Bantuan Pemerintah Usaha Mikro (BPUM),” jelasnya.























                                                           75
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81