Page 194 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 JUNI 2021
P. 194

keterlibatan lembaga swadaya masyarakat (LSM) asing terhadap desakan revisi PP 109/2012.
              Dia mengatakan rencana revisi PP 109/2012 justru sangat mengancam keberlangsungan industri
              hasil tembakau.



              REVISI PP 109 ANCAM PENDAPATAN PEKERJA TEMBAKAU

              Serikat pekerja tembakau menolak keras rencana revisi PP 109 /2012 yang dinilai mengancam
              kelangsungan hidup buruh. Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan
              Minuman,  Serikat  Pekerja  Seluruh  Indonesia  (FSP  RTMM-SPSI)  Sudarto  mengatakan  ada
              keterlibatan lembaga swadaya masyarakat (LSM) asing terhadap desakan revisi PP 109/2012.

              "Ada indikasi keterlibatan LSM asing dalam berbagai kegiatan antirokok atau antitembakau. Ya
              saya rasa kita sama sama tahu, ada dana tergulirkan untuk membiayai kampanye antirokok,"
              ujar Sudarto di Jakarta, Rabu (9/6/2021).

              Dia mengatakan rencana revisi PP 109/2012 justru sangat mengancam keberlangsungan industri
              hasil tembakau.

              "Situasi  pandemi  saja  sudah  sangat  menyulitkan  anggota  kami,  merevisi  PP  109/2012  akan
              berdampak  langsung  pada  berhentinya  usaha  dan  hilangnya  pekerjaan  para  pekerja,"  kata
              Sudarto.

              Keprihatinan ini yang diharapkan serikat pekerja untuk dipertimbangkan oleh pemerintah.

              "Ingat ada buruh-buruh rokok kecil yang jumlahnya besar. Beri kesempatan kami bekerja dan
              mendapatkan  penghasilan  sebagaimana  rakyat  lainnya  di  negara  yang  berdaulat  ini,"  tegas
              Sudarto.

              Apalagi, kata Sudarto, industri rokok bukan industri baru. "Industri rokok sudah sangat lama,
              sudah beratus tahun menjadi bagian sawah ladang pekerja. Dan sampai detik ini industri rokok
              itu juga legal," jelasnya. Apabila rencana revisi PP 109/2012 ini terus dilanjutkan, para pekerja
              di  IHT  tidak  mendapatkan  jaminan  kepastian  dan  perlindungan  untuk  bekerja  dan
              mempertahankan sumber pendapatannya.

              "Keterlibatan  tenaga  kerja  yang  cukup  besar,  petani  yang  cukup  besar,  hendaknya  menjadi
              perhatian," pungkas Sudarto.





























                                                           193
   189   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199