Page 24 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 29 Januari 2021
P. 24
PENGANGGURAN MAKIN DALAM
Bonus demografi di Jawa Tengah belum mampu dioptimalkan untuk mengungkit perekonomian
provinsi akibat terganjal pandemi Covid-19. Tingkat pengangguran terbuka pun justru
meningkat.
Pada sensus penduduk 2020, jumlah penduduk Jawa Tengah mencapai 36,52 juta jiwa. Ada
kenaikan 4,1 juta jiwa apabila dibandingkan dengan sensus yang dilakukan pada 2010.
Laju pertumbuhan penduduk selama 10 tahun terakhir mencapai 1,17% per tahun, lebih cepat
ketimbang periode 2000-2010 yang hanya sebesar 0,37%. Adapun, penduduk dengan usia
produktif mencapai 70,6%.
Namun, bonus demografi yang berlangsung ini tidak berdampak banyak. Pasalnya, pada 2020
pandemi menggempur sendi perekonomian daerah sehingga angka pengangguran pun ikut
melonjak.
Dalam 3 tahun terakhir, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat kenaikan
tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang pada 2020 telah menyentuh 6,48%. Tak hanya TPT,
BPS Provinsi Jawa Tengah juga mencatat kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin
dalam periode yang sama.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Jawa Tengah Sakina
Rosellasari mengungkapkan bahwa meningkatnya jumlah penduduk usia produktif belum tentu
berbanding lurus dengan tingkat keterserapan tenaga kerja dan kualitas tenaga kerja yang ada.
"Dalam pandangan umum, dengan bonus demografi, maka sektor usaha padat karya akan
mudah mendapatkan calon tenaga kerja. Namun, kondisi riilnya tidak demikian," katanya kepada
Bisnis, Rabu (27/1).
Menurutnya, ada banyak faktor yang memengaruhi kurangnya penyerapan tenaga kerja di Jawa
Tengah. Contohnya, perubahan pola hidup serta mental kerja di sektor industri padat karya.
Pengelolaan serta pemanfaatan momen bonus demografi, lanjut Sakina, tidak bisa dipasrahkan
hanya kepada pemerintah. Menurutnya, perlu kerja sama antara pengusaha, pekerja, dan
pemerintah untuk menciptakan tempat investasi dan tempat kerja yang nyaman.
"Upaya ini harus dilakukan secara terstruktur melalui kerja sama lintas lembaga," ujarnya.
Selain tingginya TPT serta persentase penduduk miskin di Jawa Tengah, fenomena tenaga kerja
murah juga jadi pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan.
Dari rentang usia produktif 15-64 tahun, penduduk dalam kelompok 15-19 tahun menjadi
kelompok dengan rata-rata upah bersih terendah. BPS Provinsi Jawa Tengah mencatat bahwa
rata-rata upah bersih yang diterima penduduk pada rentang usia tersebut berkisar Rp 1,43 juta
per bulan.
Sementara itu, upah tertinggi dirasakan oleh penduduk dengan rentang usia 55-59 tahun. Pada
kelompok usia tersebut, rata-rata upah bersih yang diterima mencapai Rp2,85 juta per bulan.
Sementara itu, subsidi perumahan, transportasi, hingga biaya pendidikan anak-anak dari
keluarga pekerja menjadi salah satu solusi yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan
riil bagi pekerja.
"Tentunya langkah tersebut bisa dilakukan tanpa meningkatkan biaya tenaga kerja untuk
perusahaan. Ini akan meningkatkan daya tarik tenaga kerja," ujar Sakina.
23