Page 644 - e- KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 AGUSTUS 2020
P. 644

"Pemerintah telah memiliki program bantuan untuk rakyat miskin dan pekerja yang terdampak
              pemutusan  hubungan  kerja  melalui  Program  Kartu  Pra  Kerja."    "Tujuan  pemerintah
              menggelontorkan bantuan gaji tambahan ini adalah untuk mendorong konsumsi masyarakat."
              "Hal ini penting untuk menggerakkan perekonomian dan mendorong pemulihan ekonomi," jelas
              Erick Thohir dalam pernyataan resminya, Kamis (6/8/2020).

              Erick  Thohir  menjelaskan,  program  stimulus  ini  sedang  difinalisasi  agar  bisa  dijalankan  oleh
              Kementerian Ketenagakerjaan pada September 2020.

              Fokus  bantuan  pemerintah  kali  ini  adalah  13,8  juta  pekerja  non  PNS  dan  BUMN  yang  aktif
              terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan dengan iuran di bawah Rp 150.000 per bulan.

              Atau, setara dengan gaji di bawah Rp 5 juta per bulan.

              "Bantuan sebesar Rp 600 ribu per bulan selama 4 bulan akan langsung diberikan per dua bulan
              ke rekening masing-masing pekerja."  "Sehingga tidak akan terjadi penyalahgunaan," tuturnya.

              Pandemi Covid-19 mengubah hampir seluruh aspek kehidupan manusia juga ekonomi dunia,
              semua negara terdampak termasuk Indonesia.

              Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka output perekonomian atau Produk Domestik
              Bruto (PDB) Indonesia periode kuartal II-2020 negatif.

              PDB Indonesia periode April-Juni 2020 terkontraksi atau minus 5,32 persen dibandingkan periode
              yang sama tahun lalu.

              Presiden  Joko  Widodo  (Jokowi)  kembali  menyoroti  penyerapan  anggaran  Covid-19  oleh
              kementerian dan lembaga yang masih sangat minim.

              Dari Rp 695 triliun anggaran penanggulangan Covid-19, baru Rp 141 triliun atau 20 persen yang
              dibelanjakan.

              "Sekali lagi baru 20 persen, masih kecil sekali," kata Presiden dalam rapat terbatas penanganan
              Covid-19  dan  Pemulihan  Ekonomi  Nasional  di  Kompleks  Istana  Kepresidenan,  Jakarta,  Senin
              (3/8/2020).

              Presiden mengatakan, penyerapan anggaran tertinggi saat ini berada di perlindungan sosial,
              yakni 38 persen, kemudian program UMKM 25 persen.

              Di luar itu, penyerapan atau realisasi anggaran sangat kecil sekali.

              Jangankan realisasi anggaran, menurut Presiden, masih ada 40 persen kementerian dan lembaga
              yang belum memiliki DIPA (daftar isian pelaksana anggaran).

              "Artinya apa? Di kementerian, di lembaga, aura krisisnya betul-betul belum, ya belum, masih
              sekali  lagi  kejebak  pada  pekerjaan  harian."    "Enggak  tahu  prioritas  yang  harus  dikerjakan,"
              ucapnya.

              Oleh  sebab  itu,  Presiden  meminta  Ketua  Komite  Kebijakan  Covid-19  untuk  membuat  rincian
              kementerian mana saja yang penyerapan anggarannya masih rendah.

              Sehingga, menurutnya akan terlihat manajemen krisis yang ada di masing-masing kementerian
              dan lembaga.
              "Saya minta pak ketua, urusan ini didetailnya satu per satu dari menteri-menteri yang terkait."
              "Sehingga  manajemen  krisis  kelihatan,  lincah,  cepat,  trouble  shooting,  smart  short  cut,  dan
              hasilnya betul-betul efektif, kita butuh kecepatan," perintahnya.

                                                           642
   639   640   641   642   643   644   645   646   647   648   649