Page 624 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 DESEMBER 2021
P. 624

APINDO MINTA MENDAGRI DAN MENAKER BERI SANKSI GUBERNUR DKI TERKAIT
              RIVISI UMP
              JAKARTA,  Bisnistoday-  Kalangan  pengusaha  yang  tergabung  dalam  Asosiasi  Pengusaha
              Indonesia (Apindo) meminta Menteri Dalam Negeri dan Menteri Ketenagakerjaan memberikan
              sanksi kepada Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan atas keputusannya merivisi upah minimum
              provinsi (UMP) DKI Jakarta tahun 2022.

              "Kami, Apindo bersama Kadin meminta Kementerian Ketenagakerjaan untuk memberikan sanksi
              kepada kepala daerah yang telah melawan hukum regulasi ketenagakerjaan, terutama dalam
              hal  pengupahan,  karena  hal  tersebut  berpotensi  menimbulkan  iklim  tidak  kondusif  bagi
              hubungan industrial dan perekonomian nasional," kata Ketua Umum Apindo, Hariyadi Sukamdani
              dalam konferensi pers daring di Jakarta, Senin (20/12).

              Hariyadi  mengatakan  dunia  usaha  juga  meminta  kepada  Menteri  Dalam  Negeri  untuk
              memberikan  pembinaan  atau  sanksi  kepada  kepala  daerah  yang  tidak  memahami  peraturan
              perundangan sehingga mengakibatkan melemahnya sistem pemerintahan, sebagaimana amanat
              UU 23 tahun 2014, Pasal 373.

              Pengusaha  juga  akan  menggugat  aturan  revisi  tersebut  ke  Pengadilan  Tata  Usaha  Negara
              (PTUN) yang dikoordinasikan oleh Apindo DKI Jakarta. Namun, lanjut Hariyadi, pihaknya baru
              akan melayangkan gugatan setelah revisi UMP resmi diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub)
              terbit.

              "Kami  juga  mengimbau  perusahaan  untuk  tidak  menerapkan  revisi  UMP  DKI  yang  telah
              diumumkan  Gubernur  DKI  sambil  menunggu  keputusan  PTUN  berkekuatan  hukum  tetap,"
              katanya.

              Dalam  kesempatan  sama,  Wakil  Ketua  Umum  Kadin  Indonesia  Bidang  Ketenagakerjaan,  Adi
              Mahfudz menilai revisi UMP DKI Jakarta keluar dari jalur yang telah disepakati bersama. Ia pun
              menyayangkan keputusan Gubernur DKI Jakarta karena hal itu akan berdampak pada kepastian
              hukum dalam berinvestasi.

              "Sangat aneh Pak Gubernur menetapkan jilid kedua, mungkin ada jilid ketiga lagi. Ini sekiranya
              yang sangat disayangkan. Kami hanya membutuhkan kepastian hukum, tidak berubah-ubah.
              Bukan masalah naik turunnya tapi dengan perubahan seperti itu jadi kami sebagai pelaku usaha
              kurang bisa memproyeksikan jalannya usaha itu," katanya.

              Adi menuturkan revisi UMP tersebut tentu akan berdampak pada sejumlah kegiatan usaha, mulai
              dari pembelian bahan produksi, proses produksi, manajemen hingga pelayanan.

              "Kiranya Bapak Anies Baswedan tetap berpedoman pada regulasi yang ada, yaitu UU Cipta Kerja
              dan PP 36/2021 tentang Pengupahan," katanya.

              Adi  menambahkan  pihaknya  akan  tetap  mengedepankan  dialog  dengan  serikat  pekerja  dan
              buruh terkait keputusan pengupahan. Hal itu lantaran keputusan revisi yang disampaikan Anies
              Baswedan hanya berdasarkan diskusi dengan satu-dua serikat pekerja saja.

              "Artinya  clear  itu  tidak  memenuhi  prasyarat  tripartit  untuk  ditetapkan  Pak  Anies.  Kami  dari
              pengusaha tetap memedomani yang pertama. Itu yang kami anggap sah sesuai regulasi yang
              ada di Indonesia," pungkas Adi./.







                                                           623
   619   620   621   622   623   624   625   626   627   628   629