Page 168 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 12 AGUSTUS 2020
P. 168

masyarakat  ," kata Sekretaris Jenderal KPA, Dewi Kartika, saat dihubungi Kompas.com, Senin
              (10/8/2020).
              Sorotan Dewi ini terkait dengan Pasal 121 RUU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 8 dan Pasal 10
              Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pengadaan  Tanah  Bagi Pembangunan Untuk
              Kepentingan  Umum    .  Pasal  ini  menambah  empat  poin  kategori  pengadaan  tanah  untuk
              pembangunan kepentingan umum.

              Keempat kategori baru itu adalah kawasan industri minyak dan gas, kawasan ekonomi khusus,
              kawasan industri, kawasan pariwisata, dan kawasan lain yang diprakarsai  atau dikuasai oleh
              pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN dan BUMD.

              Kawasan lain yang belum diatur RUU Cipta Kerja akan ditetapkan dengan peraturan presiden
              (PP).

              Dewi menilai, ketentuan tersebut dapat mempermudah proses alih fungsi  lahan  pertanian dan
              berpotensi  merugikan  kelompok  petani.  Proses  alih  fungsi  lahan  yang  dipermudah,  menurut
              Dewi, akan memperparah konflik agraria, ketimpangan kepemilikan lahan, praktik perampasan
              dan penggusuran tanah.

              Menurut Dewi, argumentasi penambahan kategori kepentingan umum ini merupakan hambatan
              dan keluhan para  investor  terkait pengadaan dan pembebasan lahan bagi proyek pembangunan
              infrastruktur serta kegiatan bisnis.

              "Lewat  RUU  Cipta  Kerja,  pemerintah  memperluas  definisi  kepentingan  umum  dengan
              menambahkan kepentingan investor pertambangan, pariwisata, industri dan kawasan ekonomi
              khusus (KEK) ke dalam kategori kepentingan umum," ujar Dewi.

              Dewi menekankan, pengadaan tanah tidak dapat dilihat sebatas proses penyediaan tanah bagi
              pembangunan proyek infrastruktur atau industri semata.

              Namun,  juga  harus  diperhitungkan  dampak  sistemik  terkait  degradasi  ekonomi,  sosial  dan
              budaya pada lokasi yang menjadi obyek pengadaan tanah serta masyarakat.

              "Harus  diingat,  tanpa  RUU  Cipta  Kerja  pun,  UU  pengadaan  tanah  secara  praktiknya  telah
              mengakibatkan konflik agraria dan penggusuran," tutur dia.

              Lebih lanjut, Dewi menegaskan bahwa kewenangan pemerintah dalam pengadaan tanah harus
              tetap dipegang penuh sesuai asas umum pemerintahan yang baik dan berkeadilan.

              Sebab, kata Dewi, proses pengadaan tanah, pembebasan lahan dan penetapan ganti kerugian
              dijalankan secara tidak transparan dan tidak berkeadilan.

              Bahkan,  ia  mengatakan,  tidak  sedikit  terjadi  unsur  pemaksaan  dan  intimidasi  terhadap
              masyarakat  yang  tanahnya  menjadi  target  pembebasan.  Selain  itu,  peran  dan  kewenangan
              swasta semakin menempatkan posisi masyarakat dalam situasi rentan.
              "Pengadaan  tanah  sering  kali  mengesampingkan  prinsip  keadilan,  karena  bagi  pihak  yang
              menolak  bentuk  dan  besaran  ganti  rugi,  prosesnya  dititipkan  di  Pengadilan  Negeri  sehingga
              mempermudah proses penggusuran tanah masyarakat," tutur Dewi..









                                                           167
   163   164   165   166   167   168   169   170   171   172   173