Page 64 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 MEI 2021
P. 64

Sepanjang 2020, tercatat 103 awak kapal menjadi korban kerja paksa dan perdagangan orang
              pada 40 kapal ikan dalam dan luar negeri. Dari 103 orang itu, sebanyak 26 orang meninggal di
              kapal ikan asal China, 3 orang hilang, dan 74 orang selamat. Mayoritas dari 40 kapal tersebut
              merupakan kapal ikan luar negeri.

              Sebelumnya, pada tahun 2015, Indonesia pernah dikejutkan dengan temuan indikasi perbudakan
              dan  penyiksaan  pada  kapal  yang  dioperasikan  PT  Pusaka  Benjina  Resources  di  Benjina,
              Kepulauan Aru, Maluku. Selain Benjina, masih banyak kasus perbudakan yang dilaporkan kepada
              pemerintah.  Indikasi  perbudakan,  antara  lain,  berlangsung  pada  perusahaan  perikanan  di
              Indonesia bagian timur.

              Selain rentan mengalami kekerasan, anak buah kapal juga terjerat sistem pengupahan yang
              tidak layak. Berdasarkan data SAF E Seas Project, upah awak kapal perikanan dari perusahaan
              pemilik kapal masih ditemukan jauh di bawah upah minimum provinsi, bahkan upah harian hanya
              Rp 30.000 per hari. Sistem upah bagi hasil juga menempatkan buruh nelayan atau anak buah
              kapal pada posisi marjinal. Ketika tangkapan tidak mampu menutup biaya operasional melaut,
              nelayan menanggung beban kerugian melaut.
              Di sisi lain, kualifikasi buruh kapal ikan juga masih perlu didorong. Anak buah kapal yang bekerja
              di kapal asing kerap tidak memiliki bekal pelatihan kerja di kapal dan dilengkapi sertifikasi.

              Ruwetnya penanganan hak awak kapal perikanan turut dipicu pengaturan awak kapal perikanan
              yang  tersebar  di  beberapa  kementerian  dan  lembaga,  yakni  Kementerian  Kelautan  dan
              Perikanan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Luar Negeri,
              dan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI)Aturan dan regulasi yang diterbitkan
              lintas kementerian tidak menyediakan sistem deteksi dini untuk mencegah awak kapal perikanan
              teijebak dalam praktik kerja paksa di perusahaan kapal perikanan. Awak kapal perikanan pun
              dituntut lebih hati-hati memilih kapal dan perusahaan dengan memperhatikan hak dan kewajiban
              yang diatur dalam kontrak kerja atau perjanjian kerja laut (PKL).

              Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Kelautan dan
              Perikanan,  yang  merupakan  turunan  Undang-Undang  Cipta  Kerja,  antara  lain,  mengatur
              perlindungan yang lebih menyeluruh terhadap awak kapal perikanan.

              Salah satu skema yang dijanjikan pemerintah adalah penetapan upah minimum buruh nelayan
              atau anak buah kapal yang akan dituangkan dalam peijanjian kerja laut antara pelaku usaha dan
              buruh kapal. Mekanisme pengupahan awak kapal ikan tengah disiapkan, termasuk disesuaikan
              dengan pengalaman dan keterampilan kerja.

              Perlindungan awak kapal patut dikawal jika Indonesia ingin mendongkrak daya saing perikanan.
              Ambisi meningkatkan produksi dan PNBP harus diimbangi dengan perbaikan nasib buruh nelayan
              sehingga  tujuan  akhir  peningkatan  produksi  perikanan  tercapai,  yakni  menyejahterakan
              pelakunya. (BM LUKITA GRAIIADYARINI)


















                                                           63
   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69