Page 243 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 OKTOBER 2020
P. 243

PKWT dan outsourching. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah, mengungkapkan
              ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan para pekerja kontrak dalam UU Cipta Kerja ,
              terutama terkait perlindungan pekerja saat menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK).
              Dengan kewajiban membayar kompensasi, perusahaan atau pengusaha akan berpikir dua kali
              untuk  memberhentikan  karyawan  kontrak.  Selama  ini  banyak  kasus  perusahaan  memecat
              pekerja kontrak kapan saja, baik karena alasan efisiensi maupun kinerja karyawan yang tak
              sesuai harapan.

              Menurut Ida, dengan adanya kompensasi di UU Cipta Kerja bagi pekerja yang berstatus kontrak
              PKWT, secara tidak lansung karyawan atau buruh akan mendapatkan perlindungan lebih besar
              dari negara.



              INI KEUNTUNGAN JADI "KARYAWAN KONTRAK" DI UU CIPTA KERJA

              Pemerintah  dan  DPR  melakukan  revisi  besar-besaran  di  UU  Nomor  13  Tahun  2003  tentang
              Ketenagakerjaan lewat Omnibus Law Cipta Kerja . Salah satunya terkait dengan kontrak kerja
              PKWT dan outsourching.

              Menteri Ketenagakerjaan ( Menaker ), Ida Fauziyah, mengungkapkan ada beberapa keuntungan
              yang bisa didapatkan para pekerja kontrak dalam UU Cipta Kerja , terutama terkait perlindungan
              pekerja saat menjadi korban pemutusan hubungan kerja ( PHK ).

              Dikatakan Ida, pekerja dengan status kontrak akan mendapatkan kompensasi jika terkena PHK.
              Dalam aturan lama di UU Ketenagakerjaan, kompensasi hanya diberikan untuk pekerja yang
              berstatus karyawan tetap lewat skema pesangon .

              "Oh, ada (keuntungan pekerja kontrak di UU Cipta Kerja). Dulu, PKWT itu tidak ada kompensasi
              kalau berakhir masa kerjanya. Sekarang, kalau kontrak berakhir, dia mendapat kompensasi,"
              ungkap Ida dikutip dari Harian Kompas, Senin (19/20/2020).

              Dengan kewajiban membayar kompensasi, perusahaan atau pengusaha akan berpikir dua kali
              untuk  memberhentikan  karyawan  kontrak  .  Selama  ini  banyak  kasus  perusahaan  memecat
              pekerja kontrak kapan saja, baik karena alasan efisiensi maupun kinerja karyawan yang tak
              sesuai harapan.

              Menurut Ida, dengan adanya kompensasi di UU Cipta Kerja bagi pekerja yang berstatus kontrak
              PKWT, secara tidak lansung karyawan atau buruh akan mendapatkan perlindungan lebih besar
              dari negara.

              "Pengusaha akhirnya berpikir, mau saya kontrak terus-terusan pun, tetap saja saya harus bayar
              pesangon. Ini sebenarnya bentuk perlindungan yang tidak kita atur di UU sebelumnya," ucap
              Ida.

              "Pada  prinsipnya,  RUU  ini  ingin  melindungi  semua  pekerja.  Kelompok  pekerja  yang  eksis,
              kelompok pencari kerja, dan kelompok pekerja pada sektor UMKM," imbuh dia.

              Ia melanjutkan, setelah diberlakukannya UU Cipta Kerja, otomatis hak karyawan kontrak dengan
              pekerja yang sudah berstatus karyawan tetap akan sama jika menjadi korban PHK.

              "UU Ketenagakerjaan sekarang sudah memberi proteksi yang besar dan proteksi itu diadopsi di
              RUU Cipta Kerja. Contohnya, di UU Ketenagakerjaan tidak ada perlindungan bagi pekerja PKWT,"
              ujar politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini.

              "Di RUU ini, perlindungan sosial harus tetap diberikan kepada pekerja PKWT ataupun PKWTT
              (perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu). Jadi, mereka punya hak dasar yang sama dengan
                                                           242
   238   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248