Page 1103 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 AGUSTUS 2020
P. 1103

Pemerintah menjanjikan pencairan teralisasi pada pekan ini.

              Kehati-hatian  pemerintah  sedikit  banyak  dapat  dimaklumi.  mengingat  karut  marut  ketika
              menyalurkan bansos bagi kelompok miskin. Meski begitu, hal itu sekaligus mengingatkan betapa
              krusialnya tertib pendataan sosial ekonomi masyarakat.

              Data  yang  amburadul  membuat  eksekusi  kebijakan  ikut  kacau  balau.  Bansos  salah  sasaran,
              kemudian yang seharusnya menerima malah tidak masuk ke daftar sasaran.

              Bisa  ditebak  pertimbangan  akurasi  data  sasaran  pula  yang  membuat  pemerintah  membidik
              pekerja  yang  terdaftar  sebagai  peserta  BPJS  Ketenagakerjaan.  Padahal,  bila  ditilik  dari  sisi
              keparahan dampak pandemi, para pekerja korban pemutusan hubungan kerja bisa jadi lebih
              memerlukan bantuan sosial.

              Terlebih  ketika  mereka  pun  luput  dari  daftar  penerima  bansos  untuk  kelompok  miskin.
              Berdasarkan catatan Kementerian Tenaga Kerja, jumlah korban PHK hingga pertengahan tahun
              ini mencapai sedikitnya 3,5 juta orang. Bahkan, asosiasi industri menyodorkan angka dua kali
              lipat.

              Lalu,  bagaimana  pula  dengan  pekerja-pekerja  informal  berpendapatan  rendah  yang  belum
              tercatat sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan? Ada peluang terjadinya irisan antara penerima
              subsidi upah dengan penerima bantuan sosial bagi kelompok miskin. Tentu saja, akan lebih baik
              bantuan yang tumpang tindih disalurkan ke sasaran lain yang juga layak.

              Oleh  sebab  itu,  penting  bagi  pemerintah.  baik  di  tingkat  pusat  maupun  daerah,  terus
              memperbaiki  data  sosial  dan  ekonomi  masyarakat  sembari  merealisasikan  bantuan.  Evaluasi
              mutlak harus dilakukan di tengah jalan, bukan hanya ketika program telah rampung.

              Tidak  bosan-bosannya  pula  kita  mengingatkan  agar  pemerintah  membuka  selebar-lebarnya
              kanal  pengaduan  masyarakat  sebagai  salah  satu  sumber  umpan  balik.  Kemudian,  secara
              bertahap membentuk sistem pendataan sosial yang tertib dari tingkat daerah hingga ke pusat.

              Pembaruan  data  semestinya  dilakukan  lebih  kerap,  bukan  hanya  setahun  sekali  karena
              pergerakan sosial ekonomi masyarakat begitu dinamis. Dengan kebiasaan baru tertib pendataan,
              kita  dapat  berharap  penyaluran  bantuan  sosial  yang  berkeadilan  bisa  terwujud.  Siapa  tahu,
              korban PHK bisa segera mendapat giliran menerima bantuan.

              https://mediaindonesia.com/video/detail_video/1542-bedah-editorial-mi-bantuan-sosial-
              berkeadilan


























                                                          1102
   1098   1099   1100   1101   1102   1103   1104   1105   1106   1107   1108