Page 612 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 AGUSTUS 2020
P. 612

5 juta per bulan. Maklum, pengusaha minimal harus menanggung iuran BP Jamsostek minimal
              6,24% dari gaji karyawan per bulan.
              Karena itu, untuk menekan angka salah sasaran, perlu ada verifikasi ulang dari BP Jamsostek.
              Misalnya, saat calon penerima bantuan melaporkan nomor rekening harus menyertakan slip gaji
              terbaru.

              Jika nantinya bukan orang yang berhak menerima subsidi gaji ini, maka keinginan pemerintah
              untuk mendongkrak konsumsi rumah tangga bisa mundur. Misalnya saja orang yang menerima
              ternyata  memiliki  gaji  di  atas  Rp  5  juta  maka  digunakan  untuk  menabung  hingga  investasi.
              Pemerintah pun bisa kembali gigit jari jika uang triliunan ini sudah digelontorkan ternyata tak
              bisa menangkis ekonomi Indonesia yang minus itu.

              Jika melihat permasalahan selama ini, pemerintah acap tak terlalu mempedulikan data penerima
              subsidi. Lihat saja bantuan sosial ke orang miskin yang sudah digelontorkan beberapa kali selama
              masa pandemi ini, tetap tak ada evaluasinya.
              Selama  April-Juni  2020,  banyak  kekisruhan  seputar  penyaluran  bansos  yang  mencuat  ke
              permukaan. Semua masalah bermuara pada amburadulnya data masyarakat penerima.

              Menjadi  senjata  pemerintah  buat  mengungkit  daya  beli  masyarakat,  perbaikan  pun  terus
              dilakukan. Tapi seperti mengurai benang kusut, tetap tidak mudah bagi pemerintah merapikan
              data penerima bansos yang sudah salah sejak awal.

              Masalah data penerima bansos hingga subsidi ke pekerja menjadi persoalan klasik yang berulang
              terjadi dalam penanganan kemiskinan di Tanah Air. Data kemiskinan dan data pekerja tak pernah
              valid. Padahal, sudah banyak kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang terlibat dalam
              akuisisi data-data ini tapi tetap saja tak kunjung berhasil membangun sistem database.

              Presiden Jokowi harus segera mengambil inisiatif perbaikan. Cara-cara lama terbukti tak efektif
              mengatasi masalah. Harus ada terobosan baru yang lebih optimal. Apalagi, kemajuan teknologi
              dan  informasi  yang  canggih,  sistem    big  data   bisa  digunakan  dalam membangun  database
              kemiskinan yang valid di Indonesia. Jika tidak ada langkah besar yang diambil maka segala jurus
              bantuan sosial berupa sembako ataupun bantuan langsung akan menjadi sekadar jargon. Apalagi
              menjelang  Pilkada  2020  maka  bisa  jadi  ada  orang-orang  yang  memanfaatan  bantuan  dari
              pemerintah pusat maupun daerah untuk menjadi alat kampanye salah satu calon peserta Pilkada.

              [Kenourios Navidad].



























                                                           611
   607   608   609   610   611   612   613   614   615   616   617