Page 77 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 MARET 2021
P. 77
PENGAMAT SEBUT ALOKASI INVESTASI BP JAMSOSTEK SUDAH PERHATIKAN
PENGELOLAAN RISIKO
Jakarta - Profesor keuangan dan investasi, IPMI International Business School, Roy Sembel
menilai proses investasi portofolio BPJS Ketenagakerjaan (BP JAMSOSTEK) sudah hati-hati dan
sesuai kaidah-kaidah investasi.
"Alokasi aset telah memperhatikan aspek pengelolaan risiko yang relatif baik. Secara garis besar,
investasi dimulai dengan strategi mengalokasikan dana investasi ke dalam beberapa kelas aset
sesuai tujuan investasi, saham, reksa dana, deposito, obligasi dan bahkan properti serta
penyertaan langsung," ujar dia, dilansir dari Antara, ditulis Sabtu (13/3/2021).
Pada masing-masing kelas aset dilakukan strategi pemilihan sekuritas (securities selection) atau
manajer investasi yang cocok dengan tujuan investasi. Pemilihan manajer investasi juga relatif
ketat dengan syarat harus memiliki dana kelolaan minimal Rp 1,5 triliun.
Ia menuturkan, data portofolio sahamnya diinvestasikan pada saham-saham kapitalisasi pasar
besar dan likuid.
Saham-saham LQ45 ini penurunan dan kenaikan harga saham sangat tergantung pada
perkembangan pasar modal di Indonesia.
"Kerugian yang terjadi (yang belum direalisasikan atau disebut unrealized loss/UL) masih sejalan
dengan perkembangan pasar saham Indonesia hal itu tercermin dari pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) yang terdampak krisis pandemi dan resesi ekonomi," ujar dia.
Ia mencontohkan unrealized loss naik turun sesuai dengan naik turunnya IHSG. Ketika IHSG di
level 5.979 pada 31 Desember 2020, UL mencapai Rp 22,308 triliun, tapi ketika IHSG di level
6.429 pada 20 Januari 2021 lalu, UL-nya menurun menjadi Rp 14,417 triliun atau 2,91 persen
dari total portofolio Rp 495 triliun yang mayoritas disebabkan penurunan kinerja emiten BUMN.
Ia menuturkan, naik turun akan terjadi sesuai dengan pergerakan harga saham.
"Bukan tak mungkin, ketika IHSG di level 7.000, bukan UL (unrealized loss) yang terjadi, tapi
bisa berbalik arah menjadi unrealized gain. Hal ini bisa dilihat naik turunnya potensial loss itu
sangat tergantung dari pergerakan IHSG," ujar dia.
Oleh karena itu, ia menilai wajar kerugian yang belum nyata atau unrealized loss pada portofolio
saham BPJAMSOSTEK sebagai risiko investasi, dan bisa kembali untung sejalan dengan
membaiknya ekonomi setelah pandemi COVID-19.
"Unrealized loss (UL) ini tidak logis dikategorikan sebagai kerugian hasil manipulasi yang
berpotensi pidana. Karena lebih pada risiko bisnis yang sudah dikalkulasi dengan baik," tutur
Roy.
Fenomena UL kini menjadi momok karena berpotensi menjadi ancaman kriminalisasi sehingga
sangat menakutkan bagi dunia investasi setelah Kejaksaan Agung (Kejagung) RI melakukan
penyidikan terhadap BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek).
Beberapa bulan terakhir, masyarakat dikagetkan dengan tuduhan kerugian tidak wajar, yang
berpotensi pidana pada UL pada portofolio saham BPJamsostek.
"Kerugian ini, terkesan dipaksakan, seolah sama dengan kerugian dalam kasus Jiwasraya yang
menghebohkan beberapa waktu sebelumnya," ujar dia.
76