Page 92 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 MARET 2021
P. 92
Ringkasan
Unrealized loss pada portfolio investasi saham BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) berbeda dengan
kasus kerugian Jiwasraya. Unrealized loss BPJS TK adalah wajar sebagai risiko wajar dari
investasi saham di pasar modal, dan bisa kembali untung saat pasar kembali ke level sebelum
pandemi Covid-19.
"UNREALIZED LOSS" BAGIAN DARI RISIKO INVESTASI
Profesor Keuangan dan Investasi, IPMI International Business School, Roy Sembel, menilai wajar
kerugian yang belum nyata (Unreal ized loss) pada portofol io saham BP-JAMSOSTEK sebagai
risiko investasi, dan bisa kembali untung sejalan membaiknya ekonomi setelah pandemi Covid-
19. "Unrealized loss (UL) ini tidak logis dikategorikan sebagai kerugian hasil manipulasi yang
beipotensi pidana. Karena lebih pada risiko bisnis yang sudah dikalkulasi dengan baik," ujar Roy
dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jumat (12/3).
Fenomena UL kini menjadi momok karena berpotensi menjadi ancaman kriminalisasi sehingga
sangat menakutkan bagi dunia investasi setelah Kejaksaan Agung (Kejagung) RI melakukan
penyidikan terhadap BPJS Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK).
Beberapa bulan terakhir, masyarakat dikagetkan dengan tuduhan kerugian tidak wajar, yang
berpotensi pidana pada UL pada portofolio saham BPJAMSOSTEK. "Kerugian ini, terkesan
dipaksakan, seolah sama dengan kerugian dalam kasus Jiwasraya yang menghebohkan
beberapa waktu sebelumnya," ujarnya.
Padahal hasil kajian menunjukkan bahwa proses investasi portofolio BPJAMSOSTEK sudah
prudent (hati-hati) dan sesuai kaidah-kaidah investasi. "Alokasi aset telah memperhatikan aspek
pengelolaan risiko yang relatif baik. Secara garis besar, investasi dimulai dengan strategi
mengalokasikan dana investasi ke dalam beberapa kelas aset sesuai tujuan investasi, saham,
reksadana, deposito, obligasi dan bahkan properti serta penyertaan langsung," katanya
memaparkan.
Di dalam masing-masing kelas aset, dilakukan strategi pemilihan sekuritas (securities selection)
atau manajer investasi yang cocok dengan tujuan investasi. Balikan, dalam pemilihan manajer
investasi relatif ketat. Syaratnya harus mempunyai dana kelolaan minimal Rp1.5 triliun. Lebih
jauh dia memaparkan, data portofolio sahamnya diinvestasikan pada saham-saham LQ-45. Itu
artinya isi portfolio sahamnya dominan terdiri dari saham-saham berkapitalisasi pasar besar dan
relatif likuid.
Tidak perlu diragukan lagi tentang saham-saham LQ-45. Penurunan dan kenaikan harga saham
sangat tergantung pada perkembangan pasar modal di Indonesia. "Kerugian yang terjadi (yang
belum direalisasikan atau disebut unrealized loss) masih sejalan dengan perkembangan pasar
saham Indonesia hal itu tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
terdampak krisis pandemi dan resesi ekonomi." ujar dia.
Bukti menunjukkan. UL-nya naik turun sesuai dengan naik turunnya IHSG. Pada saat IHSG di
level 5.979 (31 Desember 2020). kata dia, UL mencapai Rp22,308 triliun, tapi ketika IHSG di
level 6.429 (20 Januari 2021) lalu. UL-nya menurun menjadi Rp 14,417 triliun atau 2,91 persen
dari total portofolio Rp495 triliun yang mayoritas disebabkan penurunan kinerja emiten BUMN.
Artinya, menurut dia, naik turun akan terjadi sesuai dengan pergerakan harga saham. "Bukan
tak mungkin, ketika IHSG di level 7.000. bukan UL (unrealized loss) yang terjadi, tapi bisa
berbalik arah menjadi unrealized gain. Hal ini bisa dilihat naik turunnya potensial loss itu sangat
tergantung dari pergerakan IHSG," ujarnya. (Ant)
91